. wisecorner: September 2011

"Warning" Buat Para Aktivis Dakwah !!!

22 September 2011

Jangan Ada Fitnah di Antara Kita!

Bagi seorang ikhwah yang terbiasa dengan ghadhul bashar –menjaga pandangan-, kecantikan dan kemolekan tubuh wanita yang suka pamer aurat bukan lagi godaan yang menggiurkan bagi mereka, insya Allah. Tapi jangan dikira mereka telah terbebas dari fitnah yang satu ini, ternyata partner dakwah –akhawaat- kadang menjadi alat bagi setan untuk menggelincirkan pejuang dakwah ini menjadi terdakwa, begitu pun sebaliknya. 
Modus dan motif operandinya pun sangat halus dan kadang sulit untuk di deteksi sebab dibalut dengan kata-kata dan istilah yang Islami.

Kilasan-kilasan aneh yang muncul dalam hati bisa menjadikan panggung dakwah yang seharusnya sebagai ajang mencari ridha Allah berubah menjadi ajang cari muka dan perhatian.
Benarlah apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada (godaan) wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain:
“Sesungguhnya dunia ini indah nan manis, dan sesungguhnya Allah telah menjadikan kamu sekalian sebagai khalifah lalu melihat apa yang kalian perbuat. Maka waspadailah dunia dan wanita. Sesungguhnya godaan dan bencana pertama yang menimpa Bani Israil adalah wanita.” (HR. Muslim)

Laki-laki shaleh pada kurun terbaik mereka dikenal sebagai orang-orang yang sabar dengan berbagai cobaan dan keberanian mereka dalam menghadapi musuh-musuh Islam sudah tidak diragukan lagi, tapi sungguh mereka sangat ‘penakut’ dengan makhluk lembut yang bernama WANITA.

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Lebih baik saya berjalan di belakang seekor singa dari pada berjalan di belakang seorang perempuan.”

Ali bin Zaid bin Said bin Musayyab pada umur delapan puluh empat tahun, salah satu matanya buta, sementara yang lain rabun malam berkata, “Tidak ada yang lebih aku khawatirkan dari pada wanita.”

Yunus bin Ubaid berpesan, “Janganlah salah seorang di antara kamu berdua-duaan dengan perempuan meski untuk mengajarkan al-Qur`an.”

Subhanallah! Di mana derajat kita dibandingkan mereka? Dengan kondisi keimanan yang pas-pasan dan zaman dengan sebagian besar penghuni yang semakin edan bukankah kita lebih patut untuk takut dan berhati-hati terhadap godaan ini?

Dalam aktivitas dakwah, peran wanita memang sangat dibutuhkan utamanya dalam mendakwahi sesama kaumnya yang sekarang ini lebih banyak. Dalam situasi dan kondisi tertentu kadang mengharuskan adanya kerjasama antara ikhwah dan akhwaat. Dan sudah kita ketahui bersama bahwa setan akan terus mencari celah untuk menjerumuskan manusia dalam maksiat, termasuk memanfaatkan sikon tersebut. Sebagaimana pesan Ali bin Zaid, “Setiap kali setan putus asa menghadapi manusia, ia pasti menggunakan jurus wanita.”

Tentunya kita semua berharap agar jalinan kerjasama tetap berlanjut dan aktivitas dakwah tetap melaju tanpa ditunggangi oleh sesuatu yang justru akan menghancurkannya. Dengan begitu dakwah akan menjadi semakin kuat dibawah ridha Allah,
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Taubah)

Ada beberapa jalur dimana syetan biasanya memanfaatkannya untuk menebar virus merah jambu (VMJ) di kalangan aktivis dakwah, diantaranya;

>>>Rapat, Musyawarah dan semisalnya
Dalam dakwah utamanya dalam amal jama’i tentunya banyak urusan yang perlu untuk dirembukkan bersama, tak ayal rapat pun harus digelar tentu dengan dibatasi hijab. Untuk ini saya hanya berpesan; bicarakanlah sesuatu yang penting saja; hindari bercanda, berbantah-bantahan dan mau menang sendiri. Khusus untuk akhawaat, tentunya sudah tahu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Maka janganlah kamu tunduk (mendayu-dayu) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Al-Ahzab: 32)
Bicaralah dengan nada sedang jangan rendah dan jangan juga terlalu tinggi, sebab itu akan membawa fitnah lain dimana ikhwah akan merasa dimarah-marahi tanpa sebab. Yang biasa saja.

>>>Telepon
VMJ juga bisa menjalar lewat kabel telepon. Bagi kalian yang terpaksa menggunakan jalur ini tolong perhatikan rambu-rambu di bawah ini:
- Sebelum nelpon tanya diri kita, “Penting tidak?” Kalau tidak penting, ndak usah! Apalagi kalo cuma mau dengar suaranya, astaghfirullah.
- Lihat waktu dong! Meskipun penting, menelpon di waktu malam di saat kebanyakan orang sudah tidur adalah perbuatan yang tidak bisa dianggap beradab.
- Bicara seperlunya, bila urusan telah selesai tutup teleponnya. Jangan biarkan sedetik pun syetan menggunakan pulsa Anda.
- Frekuensi suaranya tetap dijaga, supaya penerima tidak salah tangkap

>>>SMS
Ini jalur komunikasi yang paling banyak dipakai orang saat ini. Sebenarnya sarana ini aman dan paling banyak membantu komunikasi antara ikhwah dan akhwaat dalam urusan dakwah, setidaknya aman dari fitnah yang ditimbulkan oleh suara. Tapi menurut sebagian ikhwah, ‘keampuhan’ SMS untuk menebarkan VMJ ternyata tak kalah dari telepon, alasannya SMS berupa tulisan yang bisa disimpan dalam jangka lama dan dari membaca kata-kata yang biasanya tidak lengkap itu seseorang bisa berpikiran yang bukan-bukan.
Setidaknya arahan di bawah ini membantu Anda melawan VMJ yang bercokol di HP Anda:
1. [taqabbalallahu minna waminkum, semoga Ukhti tetap istiqomah di jalan Dakwah], sepintas SMS ini tidak lebih dari ucapan selamat dan nasehat berharga. Bila SMS ini dibaca oleh penerimanya dan ternyata pengirimnya berasal dari ukhti fulanah, mungkin reaksinya biasa saja, toh setiap momen tertentu dia mengirim SMS nasehat serupa. Tapi jika ia melihat pengirimnya adalah ikhwah fulan dipastikan reaksinya akan berbeda, entahlah….
Sebelum terlanjur, jangan sekali-kali!
2. Bila pesan telah selesai di baca dan informasi telah jelas, jangan biarkan tulisan itu tetap tersimpan dalam memori HP Anda dalam waktu yang lama sebaiknya dihapus, sebab mungkin saja setan akan menggoda Anda setiap waktu untuk membuka meski sekedar membaca ulang yang hanya akan menimbulkan noda-noda di hati.

>>>Chatting/Webforum
Dasar setan! Ternyata dia tidak mau ketinggalan jaman dengan menggunakan Teknologi Informasi ini untuk menyebar VMJ-nya termasuk di kalangan aktivis dakwah.
Maksud awalnya sih sekedar untuk memperbanyak teman yang peduli dengan kegiatan dakwah. Dakwah kan butuh jaringan yang luas, dana yang tidak sedikit dan beragam alasan positif lainnya. Dan akhirnya orang yang dicari ketemu juga, meski beda jenis tapi insyaAllah –duh bawa nama Allah segala- aman, kita kan ndak saling lihat, pikirnya. Perkenalan pun berlanjut di dunia maya ini. Bukan hanya sekali dua kali karena ada saja dalam dakwah ini ada saja hal yang menarik untuk dicurhatkan. Merasa nyambung dan cocok pembicaraan merambah ke hal yang privat, tukar-tukaran nomor HP, alamat E-Mail dan Blog, bahkan alamat rumah.
Lama kelamaan persoalan dakwah bukan lagi hal utama dalam pembicaraan mereka, rayuan gombal pun kadang menjadi bumbu kata-kata yang mereka tulis di layar komputer. Akhirnya mereka sepakat untuk bertemu di darat dan si ‘ikhwa’ berjanji untuk melanjutkan hubungan mereka di pelaminan.

Dari fragmen di atas, apa bedanya dengan pacaran yang banyak digeluti pemuda-pemudi sekarang? Mungkin yang beda hanyalah adanya istilah-istilah islami yang disisipkan dalam komunikasi mereka, “Ukhti, Akhi, Insya Allah, afwan, dsb.” Tapi pacaran tetaplah pacaran, hukumnya haram apapun alasannya.

Jangan membiarkan syetan menjebak kita dalam perangkapnya yang satu ini. Ingat syetan lebih banyak menggoda manusia dari sisi kebaikan dan berawal dari niat baik.
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (al Hijr: 39)

Tidak layak dan sangat tidak pantas menjadikan dakwah sebagai tunggangan untuk mencari jodoh. Jalani dakwah dengan seikhlasnya, percayalah dengan janji-Nya bahwa yang baik hanya untuk yang baik-baik.

Jalan dakwah adalah jalan yang suci, hanya akan dilalui oleh orang-orang yang mempunyai niat dan tujuan yang suci, untuk meninggikan kalimat suci.

Untuk menjaga kesucian itu dan untuk tidak membuat kita sibuk mengurusi urusan separuh agama ini, saya sarankan kepada Anda untuk segera menikah yang merupakan jalan satu-satunya menyalurkan hasrat itu.
“Barangsiapa diberi oleh Allah istri yang shalihah, maka sesungguhnya ia telah diberi pertolongan oleh Allah meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah di dalam memelihara separuh lainnya. ” (HR. Thabrani dan Hakim).

Untuk motivasi yang satu ini saya tidak bisa memberi komentar terlalu banyak. Tanpa dimotivasi pun keinginan itu telah meluap-luap, namun yang kurang biasanya adalah keyakinan…
Wallahu Muwaffiq


(Kutipan dari Catatan DPCWI Tarakan) 
Disadur dari : https://www.facebook.com/note.php?note_id=10150195321954012
Read more ...

Renungan

Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:
“Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah”.
“Tekan 1 untuk ‘meminta’.
Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’.
Tekan 3 untuk ‘mengeluh’.
Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’.”

Atau….

Bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:
“Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain.
Tetaplah sabar menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan
urutannya.”

Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat
respons seperti ini:
“Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,
Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,
Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,
Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,
Tekan 4. “Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka,
silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!”

Atau bisa juga Anda mendengar ini :
“Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.
Silakan mencoba kembali esok hari.”
atau…
“Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari
Senin setelah pukul 9 pagi.”

Alhamdulillah. .. Allah subhanahu wa ta'ala mengasihi kita, Anda dapat menelpon-Nya setiap
saat!!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia mendengar Anda.
Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara
pribadi.

Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: 24434
2 : shalat Subuh
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya,
gunakan nomor ini : 28443483
2 : shalat Subuh
8 : Shalat Dhuha
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya
8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)
3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul “Al Qur’anul Karim & Hadist
Rasul”
Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak
terbatas dan seluruhnya buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari setahun
!!!

7 kalimat yg memberikan manfaat dalam hidup dan matimu :

1. Mengucap “Bismillah” pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap ” Alhamdulillah” pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap “Astaghfirullah” jika lidah terselip perkataan yang tidak
patut.
4. Mengucap ” Insya-Allah” jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.
5. Mengucap “La haula wala kuwwata illa billah” jika menghadapi sesuatu
tak disukai dan tak diingini.
6. Mengucap “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun” jika menghadapi dan
menerima musibah.
7. Mengucap “La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah ” sepanjang siang
dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat. ..
mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu…
mudah-mudahan jadi bisa, karena sudah biasa.




Read more ...

Ukhti, Tolong Jelaskan Pada Kami!



Saya terkadang heran pada sebuah fenomena. Fenomena yang coba saya telaah dengan pemikiran dan pemahaman saya yang sangat sederhana ini. Sebuah fenomena yang sering saya dapati pada akhwat yang baru menikah dengan kondisi pernikahan yang mungkin tak 'seberuntung' saudara-saudaranya yang lain.


Fenomena yang cukup aneh buat saya pribadi, tapi entah untuk yang lain. Yang masih membuat saya bertanya-tanya hingga detik saya menulis catatan ini.


Dimana sebelum walimah, akhwat tersebut begitu bermujahadahnya dalam memakmurkan majelis-majelis ilmu dan ikut serta dalam amal jama'i. Meski aktivitas tersebut kurang mendapat dukungan yang baik dari orang tua mereka. Tapi, masyaAllah...akhwat tersebut begitu bermujahadahnya dan jarang atau bahkan tidak menjadikan kurangnya dukungan orang tua mereka sebagai alasan bagi mereka untuk mundur pelan-pelan dari majelis ilmu dan amal jama'i. Yah...meski harus berlinangan air mata atau diboikot atau dibakar jilbab-jilbab mereka atau harus sedikit 'bergerilya' agar bisa tetap menuntut ilmu syar'i dan beramal jama'i. Subhanallah!

Tapi...sayang, ketika Allah menguji dengan ujian walimah, akhwat tersebut malah melemah bahkan perlahan mulai tak terlihat dalam majelis ilmu juga amal jama'i. Ketika ditanya atau ketika memberikan hujjah, ada yang menjadikan pernikahannya sebagai alasan, status baru sebagai seorang istri (tak lupa beberapa hadits Rasulullah dijadikan dalil untuk menguatkan hujjahnya), wanita itu lebih baik di rumah, mengurus rumah, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya. Lalu...yang saya tidak mengerti...adakah untuk alasan tersebut, ummahat lain sepertinya tak peduli? Sangat disayangkan. 
Kenapa dulu tidak berhujjah seperti itu saat belum walimah dan orang tua kurang mendukung kegiatan dakwah kita? Kenapa baru sekarang, setelah walimah?

Namun...di sisi lain, saya justru sangat salut akan mujahadah dari akhwat lainnya dalam kondisi apapun, entah lapang maupun sempit, yang juga diberi ujian yang sama oleh Allah yaitu pernikahan yang mungkin tidak 'seberuntung' saudari-saudarinya yang lain. Memang akhwat tersebut mengambill jeda waktu untuk beradaptasi sambil menyusun strategi bagaimana berdakwah yang baik kepada keluarga barunya, tapi jeda waktu tersebut tidak menjadi alasan buat mereka untuk absen dari majelis ilmu atau 'hilang' dari peredaran atau tiba-tiba ponsel mereka tak bisa dihubungi dan sms pun tak terbalas. Dan tentunya saudari-saudarinya yang lain akan memberikan dispensasi dalam hal amal jama'i sebab tentunya ada perbedaan antara kondisi sebelum menikah dan sesudah menikah.
Mereka yang diuji dengan pernikahan yang jauh dari harapan itu tidak lantas memangkas atau merubah hijab mereka demi sebuah kata 'adaptasi'. Atau memang harus seperti itukah? Yang lantas dengan sendirinya menjadi 'pembeda' dirimu yang dulu dengan dirimu yang sekarang.


Kenapa harus menghilang?
Kenapa sms atau telepon dari kami tak berbalas?
Padahal kami ingin sekali mengetahui keadaan kalian, akhwat.
Kami siap diajak berbagi beban.
Kami siap membantu, meski tanpa kau minta sekalipun.
InsyaAllah!
Tapi...kenapa kalian malah menjauhi kami?


Jika person-person dari kami yang salah, maka nasehati kami sebagaimana dirimu yang juga senantiasa butuh dinasehati oleh saudari-saudarimu.
Sebab tidak adil bagi kami jika kalian meninggalkan kami begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Jika kalian merasa 'tidak pantas' lagi membersamai kami hanya karena suami kalian yang jauh dari apa yang kalian harapkan, bolehkah saya bertanya? Untuk alasan apa kalian merasa 'tidak pantas' lagi? Apakah memang ada syarat mutlak bahwa jika seorang akhwat menikah, maka harus dengan ikhwa? Lantas jika jodohnya bukan seorang ikhwa, akhwat tersebut pantas untuk pamit mundur dari jalan dakwah?
Atau jika kalian yang merasa bersalah, selama bukan sebuah kesyirikan, kenapa harus menjauh?
Kenapa harus meninggalkan majelis ilmu yang memiliki begitu banyak keutamaan?
Kenapa harus menghilang dari kebersamaan dalam sebuah amal jama'i?
Kenapa harus memutus silahturahim?
Kenapa?
Ukhti, tolong jelaskan pada kami!






Suhman, 10 malam terakhir Syawwal 1432H
Read more ...

Hari Pertama di Madrasah....

17 September 2011


Alhamdulillah...akhirnya setelah cukup lama menanti, tadi pagi saya mulai menjalani aktivitas baru di Kota Nabi tercinta ini. Setelah beberapa bulan sebelumnya dibantu zauji ngurus-ngurus pendaftaran dan menanti telepon dari madrasah tempat saya belajar sebagai tanda bahwa saya telah diterima hingga beberapa tahun kedepan, insyaAllah.

Ga jauh beda sama anak-anak yang baru masuk sekolah, pagi tadi saya pun diantar ke madrasah dan ditungguin sampai bel pulang berbunyi. Hehehe....bukan manja, bukan sulap (ga nyambung), tapi karena di negara ini kaum wanitanya tidak dibiarkan kemana-mana sendiri kecuali bersama mahram atau teman-teman wanita lainnya (untuk kondisi ini jika tidak dalam rangka safar). 

Madrasahnya ga jauh dari rumah. Yah...sekitar 7menitan lah naik mobil sudah sampai. Nama madrasahnya Madrasatunnisaa Tabi'ah Lirrabithah Al'alam Al Islami

Jadi untuk hari pertama sekolah, zauji dengan setia menanti di depan pagar madrasah yang menjulang tinggi. Alhamdulillah ada seorang ikhwa asal Cina yang kebetulan pernah berkenalan dengan zauji saat zauji mengantar saya ke mustasyfa jami'ah beberapa waktu yang lalu, yang pagi tadi juga sedang menanti istrinya yang mengurus kelulusannya dari madrasah tersebut, masyaAllah...baarakallahufiiha!

Di madrasah ini ada 7 mustawa. Paling dasar itu mustawa ta'sisi yah seperti kelas persiapan bahasa-lah begitu. Dan saya bersama Kak Karimah masuk dalam kelas tsb. Kalo saya memang sengaja dari zauji yang minta sama mudirahnya agar saya ditempatkan di kelas persiapan bahasa...hehehe, berhubungan bahasa Arab saya masih sangat perlu dibenahi. 
Jumlah murid dalam mustawa ta'sisi ada 33 orang, tapi yang datang tadi pagi ga sampai 20an orang, mungkin karena hari pertama kali yah..jadi disangkanya belum ada pelajaran jadi belum pada mau datang. Ya sudahlah...
Di antara teman-teman di mustawa ta'sisi yang sempat hadir itu ada yang dari Rusia, Magribi, Maladives, dan Maroko. Tadi kami sudah sempat belajar qira'ah yang diajarkan oleh mua'alimah zainab. Di mustawa ini, dengar-dengar (soalnya belum ada kabar resmi dari mu'alimah-nya) ada 3 maddah, 2 diantaranya itu bahasa Arab dan qira'ah, yang satunya lagi lupa.
Kelas kami ada di lantai 3 gedung madrasah. Selain itu, ada juga tempat penitipan anak bagi para thalibah yang punya anak dibawah usia 5tahun, seperti play group gitu.

Pakaian seragamnya itu kemeja putih dan rok hitam. Jadi pas dah masuk gerbang, abaya, purdah dan jilbab yang kita pake dibuka lalu kita masuk ke gedung madrasah dengan pakaian yang sudah ditetapkan tsb. Plus aturan ga boleh bawa hape kamera. Kalo ditanya kenapa ga boleh? Mungkin nih...sebab para mu'alimah dan thalibahnya masyaAllah cantik-cantik bahkan ada yang ga pake jilbab, jadi khawatir kalo ada yang ambil gambar trus dipublish kan bisa jadi aib tuh...makanya para thalibahnya dilarang bawa hape kamera.

Setelah mustawa ta'sisi, ada mustawa awal, tsani, dan seterusnya hingga mustawa sittah. Masing-masing mustawa' lama belajarnya 3 bulan. Yah...saya berharap saya bisa melalui setiap mustawa dengan baik agar kelak apa yang saya dapatkan bermanfaat buat saudari-saudari saya yang lain..aamiin.

Di madrasah ini, sepengetahuan saya, yang dari Indonesia hanya 3 orang, saya, Kak Karimah dan Kak Nisa (dari Makassar juga) beliau ini sudah mustawa' 5..insyaAllah bentar lagi lulus..aamiin.

Awalnya (dengar dari Kak Nisa langsung) hanya istri thullab jami'ah islamiyyah saja yang bisa bersekolah di madrasah ini, namun belakangan orang umum pun bisa bersekolah juga di madrasah tsb.

InsyaAllah mulai besok saya sudah ga diantar lagi sama zauji ke madrasah, sebab sudah ada bus madrasah yang akan menjemput dan mengantar para thalibah.

Akhirnya...mudah-mudahan apa yang saya jalani hari ini benar-benar dapat bermanfaat buat diri saya pribadi dan orang lain...aamiin.
Ma'annajah!!!
Read more ...

Surat Untuk Calon Anakku

14 September 2011
Teruntuk calon anakku
Yang masih tinggal di antara tulang sulbi dan tulang dadaku
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bagaimana kabarmu, Nak ? 
Semoga Ananda sehat wal afiat di alam sana
Abi sengaja menulis surat ini khusus untukmu. Meski Abi tahu, kau belum bisa membaca dan membalas surat ini. Karena di sana memang tidak ada sekolah. Namun, Abi yakin kau memahaminya karena kita satu jiwa, karena kau masih menyatu dalam tubuhku. Dan terutama kau pasti cerdas seperti Abi.

Nak! Abi sangat bergembira mendengar sabda Rasulullah, tentang doa anak shaleh yang pahalanya tak terputus, bahkan sesudah ortunya wafat. Abi tiba-tiba tersadar, sabda tersebut menuntut Abi melakukan 2 hal, menjadi anak shaleh dan menjadikan Ananda sebagai anak yang shaleh pula.

Nak! Abi sedang berusaha menjadi anak shaleh untuk kakek dan nenekmu. Sulit memang, karena tiada amal Abi yang menandingi jasa mereka. Tapi Abi akan terus berusaha tunaikan titah Rasulullah.
Abi pun beharap kau seperti itu untuk Abi-Ummi mu kelak. Mencintai, menaati dan menghormati Ummimu..Ummimu..Ummimu juga Abimu ini. Itulah mimpi Abi. Sebagaimana mimpi menjadikn rumah kita nanti bagaikan syurga supaya syurga benar-benar menjadi rumah kita.

Tapi, Abi merasa malu ketika mendengar khalifah kedua menyatakan bahwa hak seorang anak dari Abinya setidaknya 3 hal: dipilihkan Ummi yg baik, diberi nama yang baik serta diajarkan Al Quran. 
Malu..karena belum mempersiapkan diri untuk menunaikan hakmu.

Nak! Kini Abi sedang belajar memperdalam Al Quran agar kelak bisa mengajarimu agar kau bisa menerangi mayapada.

Abi juga sengaja membeli buku tentang nama-nama mulia. Dengannya, Abi sudah menyiapkan selaksa nama indah untukmu. Agar kau tambah perkasa dinaungi nama mulia yang ia adalah doa.

Yang membuat Abi bingung, bagaimana menunaikan hak ptama yang harus ditunaikan ketika Ananda belum melihat dunia. Karena Abi tidak tahu apa kriteriamu tentang seorang Ummi yang baik? Abi juga tidak tahu apakah kita memiliki selera yang sama?
Tapi, Abi yakin kau sepakat dengan satu kriteria bahwa calon Ummimu nanti tidak boleh seorang yang shaleh melainkan harus seorang yang shalehah. 
Karena jika kau memiliki Ummi yang shaleh, sepertimu, Abi pun tak kan kuat menahan tawa
melihat jenggot Ummimu yang gagah jelita :)

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang mecintaimu karenaNya



(oleh Malik Zahri, era muslim)
note: dengan sedikit perubahan tanpa bermaksud mengurangi maknanya.
Read more ...

Pacaran yang Islami, Adakah?!

13 September 2011
Pacaran, setiap kali kita mendengarnya akan terlintas dibenak kita sepasang anak manusia yang tengah dimabuk cinta dan dilanda asmara, saling mengungkapkan rasa sayang serta rindu. Lalu kenapa harus dipermasalahkan? Bukankah "ada pacaran islami" tanpa harus melanggar batasan-batasan syariat?


CINTA, FITRAH ANAK MANUSIA
-----------------------------------
Manusia diciptakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala dengan membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan jenisnya. sebagaimana firman-Nya, artinya,
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Âli-'Imrân: 14).

Berkata Imam Qurthubi, "Allah memulai dengan wanita karena kebanyakan manusia menginginkannya, juga karena mereka merupakan jerat-jerat setan yang menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Tiadalah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita." (HR. Bukhârî dan Muslim).

Oleh karena itu, wanita adalah fitnah terbesar dibanding yang lainnya. (Lihat Tafsîr al Qurthubî 2/20). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun, sebagai manusia, tak luput dari rasa cinta terhadap wanita. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Disenangkan kepadaku dari urusan dunia wewangian dan wanita." (HR. Ahmad dan selainnya dengan sanad hasan).

Karena cinta merupakan fitrah manusia, maka Allah menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan nikmat yang dijanjikan bagi orang-orang beriman di surga dengan bidadarinya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah." (HR. Muslim).
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." (QS. Ar-Rahmân: 70).

Namun, Islam sebagai agama paripurna para rasul, tidak membiarkan fitnah itu mengembara tanpa batas, Islam telah mengatur dengan tegas bagaimana menyalurkan cinta, juga bagaimana batas pergaulan antara dua insan lawan jenis sebelum nikah, agar semuanya tetap berada dalam koridor etika dan norma yang sesuai dengan syari'at.


ETIKA PERGAULAN LAWAN JENIS DALAM ISLAM
------------------------------------------------------------- 
1. Menundukan Pandangan terhadap Lawan Jenis
Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firman-Nya, artinya, "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nûr: 30).
Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman, artinya, "Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluan-nya." (QS. An-Nûr: 31).

2. Menutup Aurat
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya." (QS. An-Nûr: 31).
Juga firman-Nya, artinya, "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzâb: 59).

3. Adanya Pembatas Antara Laki-laki dengan Wanita
Seseorang yang memiliki keperluan terhadap lawan jenisnya, harus menyampaikannya dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab." (QS. Al-Ahzâb: 53).

4. Tidak Berdua-duaan dengan Lawan Jenis
Dari Ibnu 'Abbâs Radhiyallahu ‘Anhu berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya." (HR. Bukhârî 9/330, Muslim 1341).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena setan akan menjadi yang ketiganya." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzî dengan sanad shahih).

5. Tidak Mendayukan Ucapan
Seorang wanita dilarang mendayukan ucapan saat berbicara kepada selain suami. Firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala, artinya, "Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzâb: 32).
Berkata Imam Ibnu Katsir—rahimahullah, "Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta para wanita Mukminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya." (Tafsîr Ibnu Katsîr: 3/530).

6. Tidak Menyentuh Lawan Jenis
Dari Ma'qil bin Yasâr t berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR. Thabrânî dalam Mu'jam al Kabîr: 20/174/386).
Berkata Syaikh Al-Albânî—rahimahullâh, "Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Ash-Shohîhah: 1/448).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membaiat dan lain-lain. Dari 'Aisyah berkata, "Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat." (HR. Bukhârî 4891).

Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan wanita selain mahram, yang mana, apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya." (HR. Bukhârî dan Muslim).

Padahal Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati perzinaan. (Lihat Hirâsatul Fadhîlah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid, hal. 94-98). Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isrâ': 32).


HUKUM PACARAN
--------------------
Setelah memerhatikan ayat dan hadits di atas, maka tidak diragukan lagi bahwa pacaran itu haram, karena beberapa sebab berikut:

1. Orang yang sedang pacaran tidak mungkin menundukan pandangannya terhadap kekasihnya. Awal munculnya rasa cinta itu pun adalah dari seringnya mata memandang kepadanya.
2. Orang yang sedang pacaran tidak akan bisa menjaga hijab.
3. orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan kekasihnya, baik di dalam rumah atau di luar rumah
4. Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama kekasihnya
5. Pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita, meskipun itu hanya jabat tangan.
6. Orang yang sedang pacaran, bisa dipastikan selalu membayangkan orang yang dicintainya.

Perhatikan kembali etika pergaulan dengan lawan jenis dalam Islam yang telah kami sebutkan di atas. Berapa poin pelanggaran yang dilakukan oleh orang pacaran? Dalam kamus pacaran, hal-hal tersebut adalah lumrah dilakukan, padahal satu hal saja cukup untuk mengharamkan pacaran, lalu bagaimana kalau semuanya?


SYUBHAT DAN JAWABANNYA
--------------------------------
Sebenarnya, keharaman pacaran lebih jelas daripada matahari di siang bolong. Namun begitu, masih ada yang berusaha menolaknya walaupun dengan dalil yang sangat rapuh, serapuh rumah laba-laba Di antara syubhat itu adalah:

Syubhat pertama :
Tidak bisa dipukul rata bahwa pacaran itu haram, karena bisa saja orang pacaran yang Islami, tanpa melanggar syariat.

Tanggapan :
Istilah "Pacaran Islami" itu cuma ada dalam khayalan, dan tidak pernah ada wujudnya. Anggaplah dia bisa menghindari khalwat (berduaan), menyentuh serta menutup aurat, tapi tetap tidak akan bisa menghindari dari saling memandang. Atau paling tidak membayangkan dan memikirkan kekasihnya. Yang mana hal itu sudah cukup mengharamkan pacaran.

Syubhat kedua :
Orang sebelum memasuki dunia pernikahan, butuh untuk mengenal dahulu calon pasangan hidupnya, baik sisi fisik maupun karakter, yang mana hal itu tidak akan bisa dilakukan tanpa pacaran, karena bagaimanapun juga kegagalan sebelum menikah akan jauh lebih ringan daripada kalau terjadi setelah nikah.

Tanggapan :
Memang, mengenal fisik dan karakter calon istri maupun suami merupakan suatu hal yang dibutuhkan orang sebelum memasuki biduk pernikahan, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari, juga tidak terkesan membeli kucing dalam karung. Namun, tujuan ini tidak bisa menghalalkan sesuatu yang haram. Ditambah lagi, bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan berusaha menampakkan segala yang baik dengan menutupi kekurangannya di hadapan kekasihnya. Juga orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli terhadap perbuatan kekasihnya, sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Lihat Faidhul Qodîr oleh Imam Al-Munâwî: 3/454).


sumber : http://www.wahdah.or.id/
Read more ...

~ Haram Nabawi Ba'da Ramadhan ~

12 September 2011

Bulan di langit Madinah dilihat dari depan Bab Sultan Abdul Majeed (bab no. 16)

Ba'da Ramadhan Haram Nabawi semakin hari semakin lenggang. Apalagi malam ini, saya sempat terheran-heran...hehehe.... Sangat jauh berbeda ketika Ramadhan terlebih lagi di 10 malam terakhirnya.

Salah satu bab Umar bin Khattab (bab no. 17a)

Bagaimana tidak?? Dulu ketika Ramadhan (apalagi di 10 terakhirnya) sudah merasa bsyukur sekali jika bisa masuk ke dalam masjid  (kadang ga bisa masuk karna jama'ahnya sudah mencapai pintu masuk, maka para harisah menyuruh untuk shalat saja di teras masjid), meski duduknya cukup dempet-dempetan muka-belakang samping kanan-kiri dengan jama'ah lainnya itupun bukan di tempat shalat seperti biasanya, tapi di bagian tempat 
biasanya orang berlalu lalang (yang untuk saat itu saja difasilitasi pembatas dari tali plastik yang diikat oleh harisah pada tiang-tiang   kecil).

Dan mesti ekstra lapang dada sebab tempat yang sudah seadanya itu terkadang pas lagi shalat dilalui oleh jama'ah lainnya yang lewat di depan/samping kita seadanya aja tanpa tabe'-tabe' (permisi : istilahnya orang Makassar) alias asal terobos saja.

Belum lagi ada jama'ah di bagian belakang yang 'hobby' nyuruh maju-maju ke depan. Padahal kepala kita aja kalo pas sujud sering kena kaki orang di depan. "Subhanallah...ma'alays ummi maa fii makan qiddam, syufti!" Dan kesabaran memang benar-benar teruji..~senyum~

Tapi...malam ini (dan beberapa malam setelah Ramadhan berlalu) suasana Haram Nabawi sangat cukup lenggang (hampir sama keadaannya saat saya pertama kali mengunjungi Masjid Rasulullah ini). Subhanallah! Asli! Benar-benar sangat berbeda!

Dengan kondisi yang sangat cukup lenggang ini terserah kita deh mau pilih duduk dimana, mau guling-gulingan hayuk! (hehehe..hiperbola! ga direkomendasikan yah). Mau minum zam-zam sampai berkali-kali juga silakeun ...monggo..ga perlu takut kehabisan (secara kalo lagi rame, telat dikit kehabisan...hehehe).
Dan..subhanallah! Suasana di dalam masjid menjadi begitu sangat dingin!

Di hari-hari di bulan Ramadhan dan musim haji, semua pintu Masjid Nabawi akan tetap terbuka selama 24jam, tapi di hari-hari biasa hanya pintu no. 25 (Bab Utsman bin Affan) yang dibuka selama 24 jam sebab pintu tsb adalah akses menuju ke Raudhah. 











Tidak lama lagi Haram Nabawi akan dipenuhi lagi oleh manusia yang berasal dari segala penjuru dunia, insyaAllah mulai awal bulan 11 (Dzulqa'dah) penanggalan Hijriyah atau awal bulan 10 (Oktober) penanggalan Miladiyah. 



Saat itu adalah musim haji (hingga pertengahan bulan Dzulhijjah), saat dimana hampir seluruh manusia dari segala penjuru dunia yang berbeda warna kulit, bahasa dan adat kebiasaan tumpek blek di dua Tanah Suci (Haramain) untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5. Semoga saya pun diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji di tahun ini. Aamiin.


                                                                                
Bab Utsman bin Affan (bab no. 25). Suasana setelah shalat tarawih.



Ba'da maghrib fii Haram Nabawi, 12 Syawal 1432H 
Read more ...

RENUNGAN UNTUK TIDAK BERPIKIR PICIK



Oleh: Ustadz Muh. Ihsan ibnu Zainuddin, Lc.

SAYA bersyukur kepada Allah yang telah memberikan saya hidayah untuk meyakini bahwa Islam yang benar hanya dapat dipahami dan diamalkan sebagaimana manhaj para As-Salaf Ash-Shaleh. Saya juga bersyukur karena Allah juga memberikan rasa cinta dalam hati saya kepada generasi terbaik itu.
Walaupun saya tak pernah bisa benar-benar sama dengan mereka (dan tak akan pernah sama), bahkan menyerupai pun rasanya jauh. Apa sih yang dapat kita lakukan di zaman yang penuh fitnah ini, selain berusaha meperkecil perbedaan kondisi pribadi kita (dalam hal aqidah, ibadah, mu'amalah dan akhlak) dengan kondisi keseharian kaum salaf ?

Di zaman ini, pengakuan diri sebagai seorang salafy mungkin hanya bisa diterjemah-kan sebagai kesalaf-salafan saja, atau berusaha untuk menyerupai kaum As-Salaf Ash-Shaleh saja. Dan itu sekali lagi amat berat. Jika ada yang merasa lebih dari itu, merasa diri benar-benar pas dengan kehidupan kaum As-Salaf Ash-Shaleh, maka menurut saya ia hanyalah orang yang tertipu oleh dirinya sendiri.

Kita sekarang ini hanya dapat menghibur diri dengan pesan Nabi shallallahu 'alaihi wassalam "Seseorang itu (kelak di akhirat) akan bersama dengan orang yang ia cintai."

Mudah-mudahan dengan kecintaan pada generasi As-Salaf Ash-Shaleh, kelak kita akan bersama-sama mereka di surga. Semoga.

Dan sejak mengenal manhaj salaf sebagai satu-satunya metode yang benar dalam memahami Islam, saya pun merasa tersejukkan setiap kali mendengar apapun mengenai manhaj ini dan para pejuang-pejuangnya. Saya begitu yakin, bahwa manhaj salaf adalah Islam itu sendiri.

Ya, ia adalah penjelasan, penjabaran, dan gambaran tentang Islam itu sendiri, yang begitu lengkap, menyeluruh dan mencakup seluruh aspek ke-hidupan.

Sejak awal, saya telah meyakini bahwa Islam adalah jalan hidup yang indah dan menyejukkan. Maka dalam hati saya pun terpatrilah keyakinan bahwa manhaj salaf pun pastilah sebuah manhaj yang indah dan me-nyejukkan.

Itulah keyakinan saya hingga kini dan Insya Allah akan menjadi aqidah saya hingga maut datang menjemput. Ya Allah, kabulkanlah!

Oleh sebab itu, saya sangat sedih bila ada sebagian pejuang Da'wah Salafiyah yang justru membuat keindahan dan kesejukan manhaj salaf itu ter-nodai, hanya dikarenakan pemahaman yang tidak benar, bahkan cenderung picik terhadap manhaj yang agung ini.
Hanya mengambil sepotong-sepotong, lalu melakukan penyerangan ke sana ke mari. Dan yang lebih hebat lagi, penyerangan itu disertai nukilan-nukilan dalil dan pendapat para ulama yang tidak ditempatkan pada tempat yang semestinya, ditambah dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar.

Akibatnya, perpecahan-yang nota bene merupakan salah satu tanda pokok ahlul bid'ah- justru menjadi fenomena yang tak asing lagi di kalangan orang-orang yang mengaku berjuang di atas manhaj salaf.

Bahkan tidak sekedar berpecah. Mereka juga saling menyerang, menuduh dan me-nuding. Maka anda dapat me-nyaksikan betapa banyak murid-murid yang dengan penuh gagah berani menyerang (bekas) ustadznya. Padahal sang ustadznya lah yang memperkenalkan manhaj salaf kepada mereka.
Dan yang lebih lucu lagi, muncul fenomena bantah mem-bantah via kaset. Bila seseorang membuat tahdzir terhadap si fulan dalam 3 kaset, maka tunggulah bantahan si fulan dalam 5 kaset.
Siapapun yang melihat ini akan tertegun heran. Para ahlul bid'ah akan bersorak-sorai melihat pertarungan antar pejuang Ahlus sunnah. Namun saya sangat sedih. Inikah yang diwariskan oleh generasi As-Salaf Ash-Shaleh ? begitulah bunyi pertanyaan yang hingga kini selalu merisaukan hati saya.

Pertanyaan itu terus menggelora, hingga saya menyimpulkan (sesuai kapasitas ilmu saya yang masih sedikit) bahwa nampaknya ada kesalahan dalam memahami manhaj ini.

Dalam manhaj Ahlus sunnah, perbedaan pendapat tidaklah identik dengan perpecahan. Semuanya pasti mengetahuinya. Namun tidak banyak yang benar-benar faqih dan santun menerapkannya. Terkadang masalah ijtihadiyah dijadikan sebagai pangkal perpecahan. Hanya karena satu masalah yang para ulama besar pun berbeda pendapat di dalamnya, seseorang begitu mudah mengeluarkan saudaranya dari lingkaran ahlus sunnah wal jama'ah.

Padahal generasi As-Salaf Ash-Shaleh, telah mewariskan kepada kita Adab Al-Khilaf (adab dan etika berbeda pendapat). Seperti ditunjukkan dengan sangat indah oleh Imam Syafi'iy kepada salah seorang lawan diskusinya, yang tidak lain adalah muridnya sendiri, "Tidak pantas kah kita tetap bersaudara, walaupun kita berbeda pendapat dalam beberapa masalah?" Dan Beliau mengucapkannya seraya menggenggam tangan muridnya itu. Alangkah indahnya jika para pejuang Da'wah Salafiyyah kita bisa seperti itu.
Yang menyedihkan, sebagian anak-anak muda (ikhwan maupun akhwat) yang baru kemarin sore belajar manhaj salaf sudah berani melemparkan vonis sesat kepada para pejuang / da'i yang sudah bertahun-tahun menda'wahkan manhaj salaf.
Belum lagi selesai memahami dengan baik buku kecil Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan (Syarh Ushul Al Iman), sudah berani menyesatkan orang lain. Bahkan membaca Al-Qur'an pun masih terbata-bata.

Dalam sejarah kaum salaf, kita tidak pernah menemukan ada seorang murid yang baru belajar Islam lalu kemudian berkoar-koar menyesat-kan para salafy lainnya.



Mencela Buku Karya Ulama Besar

Yang lebih mempri-hatinkan, ada suara-suara yang mencela buku karya ulama besar, hanya karena tidak sesuai dengan pendapat atau kemauan ustadznya.

Contohnya adalah buku Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Buku tersebut adalah kumpulan ceramah dan fatwa Beliau yang berkaitan dengan Shahwah Islamiyah, yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku.
Bila kita mempunyai edisi aslinya, pada halaman dalam setelah lembar judul, kita akan menemukan tulisan tangan Beliau yang dengan sangat jelas memberikan izin dan persetujuan terhadap pencetakan buku tersebut.

Hingga kini buku tersebut telah dicetak ulang beberapa kali. Bahkan dijadikan sebagai referensi utama oleh para du'at salafiyyun baik dalam ceramah lisan maupun tulisan.

Kita bisa melihat misalnya dalam jurnal ilmiah Al-Ashalah yang dipimpin oleh Syaikh Salim Al Hilaly, salah seorang murid Syeikh Al-Albani. Dalam edisi No.20 / Syawal 1421 H, dinukilkan fatwa Syaikh yang terdapat pada buku ini.

Dengan demikian, tidak ada satupun yang dapat menggoyahkan keabsahan buku ini sebagai rujukan para pendukung kebangkitan Islam.

Namun sayang, saya kembali mendengar (setelah cukup lama saya mendengarnya) suara-suara yang mengatakan, bahwa buku itu sudah dinasakh (dihapus), buku itu dikritik oleh para ulama, bahkan yang lebih ekstrim mengatakan bahwa buku itu sudah diajukan ke Mahkamah.

Luar biasa!!! Anehnya, semuanya berdasarkan katanya (atau dalam bahasa Arab: qiila wa qaala). Orang-orang yang mengatakan tuduhan ini tidak mempunyai satu bukti apapun. Apakah hanya karena sebuah buku dari seorang ulama Ahlus sunnah itu tidak sejalan dengan kebiasaan bermanhaj salaf sang penuduh selama ini, sehingga dia kemudian membuat fitnah dan tuduhan terhadap buku tersebut ???


Dan ini adalah pesan saya kepada siapa saja yang bermanhaj salaf :

kita semua telah mengetahui sebuah kaidah (fiqih) yang berbunyi, Al Yaqin La Yazuulu Bisysyak (sebuah keyakinan tidak dapat dihilangkan hanya dengan sebuah keraguan).

Ini adalah sebuah kaidah yang sangat penting dan berlaku dalam seluruh aspek kehidupan. Bila kita telah mengetahui dengan yakin bahwa seseorang itu Muslim, maka keyakinan itu tidak dapat kita gugurkan hanya dengan isu yang kita dengar bahwa ia telah kafir. Atau hanya karena kita ragu apakah ia masih Muslim atau sudah kafir, kita tidak dapat mengkafirkannya, sampai akhirnya kita mempunyai bukti yang memyakinkan bahwa ia telah kafir.

Begitu pula kasusnya dengan buku Panduan Kebangkitan Islam ini. Tulisan tangan Syaikh Al 'Utsaimin dalam halaman dalam buku tersebut, dan dicetaknya Beliau secara berulang-ulang hingga kini adalah bukti yang meyakinkan kita, bahwa buku tersebut tidak pernah ditarik dari peredaran, apalagi sampai diajukan ke Mahkamah.

Syeikh Al 'Utsaimin adalah seorang ulama besar. Apapun yang terjadi berkaitan dengan beliau dan karya-karya beliau pastilah tidak luput dari perhatian para thullaabul 'ilmi. Kalau bisa dikatakan, apapun yang terjadi berkaitan dengan beliau tentu akan segera menjadi berita yang mutawatir, setidaknya di Saudi Arabia, negara tempat beliau tinggal.

Namun hingga hari ini, kita tak pernah mendengar apapun dari beliau tentang buku ini, selain kabar-kabar burung yang disebarkan oleh orang-orang yang terusik cara bermanhaj salafnya dengan buku Syaikh ini. Semoga Allah merahmati beliau.

Demikianlah isi hati saya berkaitan dengan buku beliau.

Namun sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin menitipkan dua buah pesan sederhana:


Pertama,

Untuk Para Tunas Baru Salafiyyun.

Teruslah memperdalam manhaj salaf dengan benar. Lakukanlah muhasabah terhadap aqidah kita, sudah sesuai kah dengan manhaj salaf? Terhadap ibadah kita, sudah tepatkah? Dan yang tak kalah pentingnya terhadap akhlak dan perilaku kita, semakin luhurkah kita? Semakin santunkah kita ?
Kita pasti tahu bahwa Nabi Shallallahu 'alahi wasallam ( penghulu para salafiyyun) diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Ingatlah, bahwa akhlaq yang buruk menunjukkan adanya ketidakberesan dalam memahami manhaj yang agung dan mulia ini. Oh ya, teruslah belajar! Jangan disibukkan dengan aneka syubhat dan fitnah. Kalau ada yang menyodorkan kaset yang menyerang sesama pejuang Ahlus sunnah sebaiknya gunakan saja untuk merekam kaset murattal. Atau katakan kepada yang meminjamkan, "Maaf, saya sedang menghafal juz 'amma...atau membaca Prinsip-prinsip Dasar Keimanan...atau membaca Kitabul Jami' yang mengajarkan akhlaq Islam."



Kedua,

kepada para ustadz pejuang manhaj salaf-yang menuduh dan yang tertuduh

Ahlussunnah dan salafiyyun adalah minoritas di negeri ini. Tak terhitung lagi berapa jumlah musuh-musuh Ahlussunnah. Sementara perjalanan masih amat panjang untuk menyebarkan manhaj yang haq ini.

Lalu mengapa saling menuduh ? Tidaklah lebih baik bila kita membersihkan hati dari hasad, dengki dan penyakit hati lainnya, lalu bergandengan tangan menda'wahkan manhaj ini ? Mungkin kini saatnya ber-muhasabah . Barangkali setiap kita masih harus belajar banyak tentang manhaj ini. Tidak ada yang ma'shum selain Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam.

Akhirnya, saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengatakan, "Bila apa yang engkau tuduhkan padaku itu benar, maka mudah-mudahan Allah mengampuniku. Namun, jika apa yang engkau tuduhkan itu tidak benar, maka mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahanmu."
Walhamdulillahi Rabbil 'Alamin.


Saya teringat (namun sayang sekali saya lupa dalam kaset Beliau yang mana) ketika seseorang bertanya kepada Syaikh Nashiruddin Al-Albani tentang Syaikh Salman Al 'Audah, Beliau rahimahullah menjawab, "Huwa ma'ana 'ala al khath as salafy (Dia bersama kita di atas jalan salafy)."
Lihatlah perbedaan sikap seorang 'alim yang faqih dengan yang tidak. Syaikh Salman bukanlah seorang yang ma'shum. Beliau juga punya kesalahan (bahkan mungkin lebih banyak). Namun hal itu tidak lah mengeluarkan Beliau dari lingkaran Ahlussunnah.


Makassar, 30 Rabi'ul Awwal 1424 H

--dari yang berharap menjadi peneladan yang baik bagi kaum As Salaf ash Shalih


sumber : http://wahdahsalafi.blogspot.com/2009/04/renungan-untuk-tidak-berpikir-picik.html
Read more ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal




Abu Ayyub al-Anshari radhiallaahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).

Imam Ahmad dan an-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasa Ramadhan ganjarannya sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka bagaikan berpuasa selama setahun penuh." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hubban dalam "Shahih" mereka)

Dari Abu Hurairah radhallaahu 'anhu, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun." (HR. al-Bazzar)

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa enam hari penuh, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali kelipatannya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfa'at, di antaranya:

1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawathib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seseorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan, "Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk, maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.

Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lalu. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya Iedul Fithri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah Iedul Fithri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.

Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampuan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia justru mengggantinya dengan perbuatan maksiat, maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai lagi." (QS. an-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfa'at puasa enam hari di bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup. Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan, sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa yang mereka demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah Iedul Fithri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosan dan berat apalagi benci.

Seorang ulama Salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya di bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar, "Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah Ta'ala secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh di sepanjang tahun."

Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu akan mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal. Dengan demikian telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

Ketahuilah amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta.a'a berfirman, "Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. al-Hijr: 99)

Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa serta shadaqah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, diantaranya; ia sebagai pelengkap dari kekuarangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada Hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapuskannya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu keharibaan Nabi, segenap keluar dan sahabat beliau.

Sumber: Risalah Ramadhan, Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah.-alsofwah.or.id-

Repost from : http://www.wahdah.or.id/
Read more ...

SMS gratis!

Klik di sini!
free counters