. wisecorner: Catatan perjalanan: Umrah pertamaku (bag.2)

Catatan perjalanan: Umrah pertamaku (bag.2)

Hits:

08 Februari 2011
Singgah sebentar....

Ditengah perjalanan kami singgah sebentar, kira-kira setengah jam untuk makan malam atau buang air atau shalat isya. Tapi kami memutuskan untuk makan saja, shalat isya nya nanti Masjid Haram. Makanan disini kebanyakan ayam dan daging, kalo ikan mahal. Malam itu kami makan Fahm (ayam bakar khas daerah Bukhori) + nasi (yang udah dibumbui, warnanya putih kekuningan). Cara makan orang di Saudi berbeda dengan orang Indo. Di sini makanan yang kami pesan tadi diletakkan dalam 1 nampan lonjong ukuran sedang (kalo orang Saudi yang makan sendiri bisa habis, kalo kita mesti berdua) yang dalam nampan lonjong tsb sdh ada nasi, Fahm, lombok hijau yang besar (orang Saudi kurang suka makanan pedas), potongan bawang merah (bawang merahnya besar mirip bawang bombay, dijadikan lalapan), dan potongan jeruk (kalo di Indo bilanganya jeruk nipis tapi di sini jeruknya warna kuning, besar dan kulitnya tebal, mirip sunkist tapi bukan) kemudian di bawah nampan tadi diberi alas plastik (sufra, hampir selalu ada kalo makan). Kami makannya di tempat khusus untuk keluarga yang di sediakan oleh math’am (rumah makan).

Memasuki Kota Mekkah....

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai juga di perbatasan Kota Mekkah, daerah Tan’iim. Kota Mekkah termasuk kota yang ramai-nya pas malam hari (seperti kota-kota lain di Saudi) dan bergunung-gunung, sehingga banyak terowongan disini. Zauji menunjukkan sebuah masjid disebelah kanan jalan. Masjid ‘Aisyah namanya. Masjid inilah yang merupakan batas tanah haram dan salah satu miqat umrah bagi penduduk Mekkah yang berada di dalam batas tanah haram.

Beberapa meter sebelum tiba di Masjid Haram, saya sempat melihat jam raksasa menjulang tinggi. Jam terbesar di dunia ini berada diatas bangunan wakaf Raja Abdul Azis (tower Zam-zam). Subhanallah...saking indahnya saya tak dapat melukiskannya dengan kata-kata. Alhamdulillah...akhirnya kami pun tiba di pelataran parkir kendaraan yang juga merupakan terminal bus yang kami tumpangi. Subhanallah...saya langsung menatap 2 menara Masjid Haram yang menjulang tinggi. Lagi-lagi rasa haru menyeruak dalam hati meihat bangunan megah tempat Ka’bah didirikan. Zauji berkata sambil tersenyum, “Subhanallah...sekarang Ummi dah liat Masjid Haram secara langsung kan? Bukan cuma di TV pas tayangan shalat tarawih saja”. Iya...ini bukan di TV, ini bukan khayalan, ini bukan mimpi. Subhanallah...akhirnya saya bisa sampai juga di Tanah Suci Mekkah. Alhamdulillah..jazaakallahu, Abi.

Sama halnya dengan Masjid Nabawi, Masjid Haram juga dikelilingi oleh hotel-hotel bertingkat, resto (KFC juga ada lho) dan mall-mall. Hotel Hilton yang paling mewah disini yang juga punya cabang di Madinah. Setelahnya ada Hotel Daarut Tauhid yang bersebelahan dengan Hotel Hilton. Kedua hotel tersebut letaknya tepat di depan halaman Masjid Haram, mungkin inilah salah satu sebab kenapa hotel tersebut mahal.

Sebelum masuk masjid, kami terlebih dahulu menitipkan tas di jasa penitipan yang ada di halaman Masjid Haram. Biaya penitipannya 10 real/3 jam, kalo lebih dari 3 jam ada tambahannya per 1 jam, tapi saya tidak tahu berapa. Setelah itu zauji mengantarkan saya ke bangunan yang di dalamnya ada tempat wudhu (dan toilet) perempuan dan kami berjanji untuk bertemu di tempat tsb lagi setelah berwudhu. Tempat wudhu (dan toilet) letaknya di basement. Saat itu sedang ada pembersihan, jadi yang masuk bertahap.

Kami pun masuk ke dalam masjid, sandal yang kami pakai dilepas dan dimasukkan ke dalam plastik yang sudah disediakan di dalam masjid kemudian ditaruh di tempat sandal. Subhanallah...indah sekali arsitektur di dalam Masjid Haram. Sulit buat menggambarkannya dalam untaian kata. Jauh di depan sana terlihat bangunan kotak terbungkus kain hitam dengan sulaman benang emas, ya..itulah Ka’bah, kiblat kaum muslimin di seluruh dunia.

Di Masjid Haram, jamaah laki-laki dan perempuan tidak di pisah sebagaimana di Masjid Nabawi, jadi saya shalatnya tepat di samping zauji. Kami shalat isya 2 rakaat saja, sebab dalam kondisi safar. Setelah shalat, kami ngaso dulu sebentar buat persiapan tawaf. Setelah kira-kira 10 menit ngaso, kami berjalan menuju pusat Masjid Haram tempat Ka’bah berdiri.

Ketika tawaf....

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.00, tapi aktivitas di sekitar Ka’bah masih ramai. Rukun umrah yang pertama yaitu tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran. Orang yang tawaf harus dalam keadaan suci.

Awal tawaf dan hitungan sekali putaran tawaf dimulai dari hajar aswad (tepat di depan hajar aswad/di lantai 2 Masjid Haram ada lampu penanda berwarna hijau yang fungsinya sebagai penanda bagi orang-orang yang sedang tawaf bahwa di bagian Ka’bah tsb terdapat hajar aswad, sebab jika ramai sekali hajar aswad tidak dpt terlihat, maka lampu berwarna hijau tsb-lah sebagai patokannya). Pada saat memulai tawaf (dari hajar aswad) dan setiap melewatinya kita disunnahkan menggangkat tangan kanan memberi isyarat ke arah hajar aswad sambil mengucapkan “Allahu Akbar” (seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah) setelah itu kita disunnahkan untuk banyak-banyak berdzikir dan berdoa. Tidak jauh dari hajar aswad ada maqam Ibrahim (tempat berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah), kami singgah sebentar di situ untuk melihat lebih dekat maqam Ibrahim.

Setelah itu, kita akan melewati bagian luar hijr Ismail (bangunan setengah lingkaran tepat di sisi Ka’bah yang merupakan bagian dari Ka’bah, sehingga orang yang tawaf tidak boleh melewati bagian dalamnya, sebab tawaf yang dilakukannya bisa dianggap tidak sah karna hijr Ismail merupakan bagian dari Ka’bah). Di awal tawaf, kami ada di bagian paling luar dari pusaran tawaf, tapi lama kelamaan kami bisa lebih dekat dengan Ka’bah dan ketika sampai di rukun Yamani zauji berusaha agar saya juga bisa menyentuhkan tangan ke bagian Ka’bah yang di sebut rukun Yamani itu lantas tangan yang sudah menyentuh disunnakan untuk dicium. Dahulu Rasulullah juga seperti itu, namun beliau menggunakan tongkatnya untuk menyentuh rukun Yamani. MasyaAllah...wanginya tangan saya. Ternyata kiswah (kain penutup Ka’bah tersebut sangat-sangat wangi sekali). Setelah melewati rukun Yamani, kita disunnahkan untuk membaca doa kebaikan dunia akhirat, “Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fiilakhiratihasanah waqina adzabannar”. Membaca doa tsb berulang kali hingga bertemu kembali dengan hajar aswad (di sudut berikutnya) dan ketika kita berada tepat di samping hajr aswad (atau tepat disamping lampu hijau yang ada di seberang sana) kita kembali menggangkat tangan kanan kita (mengarah ke hajr aswad) seraya mengucapkan takbir, maka selesai 1 putaran tawaf dan begitu seterusnya sampai 7 kali putaran. Di putaran yang terakhir, setelah sampai di sudut tempat hajr aswad, kita tidak lagi menggangkat tangan, tetapi langsung bergerak keluar dari pusaran tawaf. Yang tawaf beraneka ragam, mulai dari yang jalan kaki sampai yang di dorong pake rostu, mulai dari kakek/nenek, orang dewasa, para ABG, anak kecil sampai yang baru beberapa bulan lahir juga ikut tawaf (sambil digendong oleh bapaknya) juga beragam etnis di seluruh dunia. Pokoknya semuanya deh ada di sini!

Setelah tawaf kita disunnahkan untuk shalat sunnah 2 rakaat di area belakang maqam Ibrahim. Pada saat shalat, rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah, kita sunnahkan membaca surah Al Kafirun dan dirakaat kedua disunnahkan membaca surah Al Ikhlas. Setelah shalat, kami masing-masing berdoa. Sebelum melanjutkan rukun umrah yang kedua, kami istirahat lagi sebentar karna rukun yang akan kami kerjakan nanti sedikit lebih berat dari tawaf, yaitu sa’i dari bukit shafa ke bukit marwah (jarak antara keduanya sekitar 300 - 400-an m). Tapi, sebelum melakukan sa’i nanti kita disunnahkan minum air zam-zam sambil berdiri.

to be continued....

note: gambar-gambarnya diambil dari image-nya mbah google..soalnya ga dibolehin foto-foto sama zauji:)

0 comments:

Posting Komentar

SMS gratis!

Klik di sini!
free counters