Ekspresi mereka beragam. Ada yang sambil bersenda gurau bersama keluarganya; ada yang terkulai lemas memandang dengan tatapan kosong ruang di sekelilingnya sambil sesekali merintih kesakitan; ada pula yang tak berekspresi sama sekali, diam dengan mata tertutup 'menikmati' proses HD yang merupakan rutinitasnya.
Ada sesuatu yang menarik dari bed 4 di sebelah kananku. Di bed itu, seorang nenek kira-kira 60 tahunan dengan nasal kanul di hidungnya sedang menjalani proses HD ditemani oleh seorang laki-laki yang sebaya atau mungkin lebih tua darinya, pikirku mungkin laki-laki berpeci hitam itu adalah suaminya. Hal menarik buat aku adalah betapa setianya kakek itu mendampingi istrinya yang sedang di HD (HD itu lamanya 4jam-an). Sesekali si kakek mengusapkan minyak kayu putih di kaki juga jidat si nenek, memberi minum juga cemilan. Mereka hanya berdua tanpa anak ataupun cucu yang menemani. Rasa haru lantas menyeruak dalam dada ini...banyak pertanyaan yang berlalu lalang dalam pikiranku...(teringat ayah juga bunda yang saat ini pun telah lanjut usianya) hatiku bergumam "setega itukah sanak keluarga kakek-nenek itu?" tapi cepat-cepat kuhalau dengan lebih dari 1 husnudzon...huhhfff...astagfirullah.
Jam di ruangan ini menunjukkan pukul 17.30 wita...kira-kira masih 1 setengah jam lagi aku standby di ruangan ini. Dalam diam banyak syukur yang teruntai (masyaAllah nikmat sehatMu teramat mahal ya Rabb), banyak harap yang terpanjatkan padaNya. Sungguh..hidup dengan segala pernak-perniknya adalah nikmat sekaligus ujian buat diri-diri kita.
0 comments:
Posting Komentar