. wisecorner

Ma'af Kawan..Saya Gak Ngucapin Selamat ULTAH-mu. Ternyata ULANG TAHUN ada Dalam INJIL MATIUS 14 : 6 dan INJIL MARKUS 6 :21

05 Mei 2011

Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai "ke-Aqidah-an", masih banyak ummat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan para ustadz dan ustazdahpun ikut merayakannya dan terjebak di dalamnya. Apalagi gencarnya media televisi dan media massa lainnya mempublikasikan seremonialnya yang terkadang dilakukan oleh beberapa da'i muda atau yang bergelar ustadz [setengah artis, katanya sih !]. Ditambah lagi kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila ada anggota keluarga, rekan atau sahabat yang memperingati hari lahirnya. Dan tak kurang kelirunya sejak di Taman Kanak-kanak dan SD sudah diajarkan secara praktek langsung bahkan ada termaktub dalam buku-buku kurikulum mereka . Wallahu a'lam. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka.

Pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.

Pada masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6;

Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes. (Matius14 : 6)

Dalam Injil Markus 6:21

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada
HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. (Markus 6:21)

Look at the Bible, Matthew 14 : 6 and Mark 6:21;
celebrating of birthday is Paganism, and Jesus (Isa, peace be upon him) doesn't to do it, but Herod.

Matthew 14:6 :
"But when Herod's birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod".

Mark 6:21 :
And when a convenient day was come, that Herod on his birthday made a supper to his lords, and the high captains, and the chief men of Galilee.


Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298).

Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.

Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia MUHAMMAD Shalallah Alaihi Wasallam, dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih. Rasulullah adalah orang yang paling mengerti CARA BERSYUKUR dalam setiap hal yang di dalamnya ada rasa kegembiraan.Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. Apakah Rasulullah pernah melakukannya ? Apakah para sahabat Rasululah pernah melakukannya ? Apakah para Tabi'in dan Tabiut tabi'in pernah melakukannya ? Padahal Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa. Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ? Apakah 3 generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme ini ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah pernah bersabda: "Kamu akan mengikuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?"Rasulullah menjawab:"Siapa lagi jika bukan mereka?!".

Rasulullah bersabda: “ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."( HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar).

Allah berfirman; "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al Baqarah : 120).

"
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra’:36).

"... dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. an-Nuur: 15)
.

Janganlah kita ikut-ikutan, karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan memperingati Ulang Tahun, tanpa mengerti darimana asal perayaan tersebut.

Ini penjelasan Nabi tentang sebagian umatnya yang akan meninggalkan tuntunan beliau dan lebih memilih tuntunan dan cara hidup diluar Islam. Termasuk juga diantaranya adalah peringatan perayaanULTAH, meskipun ditutupi dengan label SYUKURAN, SELAMATAN atau ucapan selamat MILAD atau Met MILAD seakan-akan kelihatan lebih Islami.

Ingatlah ! Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasul. “Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang "tidak ada perintah dari kami padanya" maka amalan tersebut TERTOLAK (yaitu tidak diterima oleh Allah).” [HR. Muslim].

Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in adalah orang yang PALING MENGERTI AGAMA ISLAM. Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.

Pahamilah "Kaidah" yang agung ini; "Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi"

SEANDAINYA PERBUATAN ITU BAIK, MAKA RASULULLAH, PARA SAHABAT, TABI'IN DAN TABIUT TABI'IN PASTI MEREKA LEBIH DAHULU MENGMALKANNYA DARIPADA KITA. Karena mereka paling tahu tentang nilai sebuah kebaikan daripada kita yang hidup di jaman sekarang ini.

Jika kita mau merenung apa yang harus dirayakan atau disyukuri BERKURANGNYA usia kita? Semakin dekatnya kita dengan KUBUR? SUDAH SIAPKAH kita untuk itu? Akankah kita bisa merayakannya tahun depan?

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri MEMPERHATIKAN apa yang telah diperbuatnya UNTUK HARI ESOK (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Seorang muslim dia dituntut untuk MUHASABAH setiap hari, karena setiap detik yang dilaluinya TIDAK akan pernah kembali lagi sampai nanti dipertemukan oleh ALLAH pada hari penghisaban , yang tidak ada yang bermanfaat pada hari itu baik anak maupun harta kecuali orang yang menghadap ALLAH dengan membawa hati yang ikhlas dan amal yang soleh.

Jadi, alangkah baiknya jika tradisi jahiliyah ini kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan yg mulia yang diajarkan oleh Rasulullah.

___________________________

Sahabatmu Anwar Baru Belajar

Silahkan dibaca juga link ini :

Siapa bilang kalau Ulang Tahun Tidak ada Kaitannya Dengan Perkara Ibadah ? Silahkan baca :

Sejarah Dan Asal Usul Kue Ulang Tahun

http://www.tokenz.com/history-of-birthday-cake.html

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.tokenz.com/history-of-birthday-cake.html

HUKUM PERAYAAN HARI ULANG TAHUN

http://www.facebook.com/profile.php?id=100000109380446&ref=ts#!/note.php?note_id=104651970683&id=1275657261&ref=mf

Islam Saya Islam Yang Mana ? [Hanya Renungan : Mode On]

http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=154654267911090#!/notes/anwar-baru-belajar/islam-saya-islam-yang-mana-hanya-renungan-mode-on/154654267911090

Kitabullah (Al Qur'anul Karim) Adalah Kitab Terakhir Yang Diturunkan Oleh Allah, Rabb Semesta Alam. Al Qur'an Adalah Penghapus Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Seluruh Kitab Yang Diturunkan Sebelumnya.

http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/2880-kesesatan-dakwah-penyatuan-agama.html

Di Scan oleh : Anwar Baru Belajar

My website : Hijrah dari Syirik dan Bid'ah

http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com/

Read more ...

Keutamaan-Keutamaan Madinah Tercinta

02 Mei 2011
1. Kecintaan Nabi Shalallahu'alaihi wasallam pada Madinah. Nabi bersabda "Jadikanlah kecintaan kami pada Madinah sebagaimana kecintaan kami pada Makkah atau lebih…" (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Bahwasanya iman akan kembali ke Madinah, sebagaimana termuat dalam hadits Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam “Sesungguhnya iman akan kembali keMadinah sebagaimana kembalinya seekor ular kedalam sarangnya” (HR Bukhari dan Muslim).

Maksudnya adalah bahwa iman akan menuju ke Madinah dan akan kuat berada di sana dan kaum muslimin berbondong-bondong menuju Madinah. Pendorong semua itu adalah keimanan dan kecintaan terhadap tempat yang penuh berkah ini, yang telah Allah jadikan sebagai tanah haram.

3. Allah menjadikan kota Madinah sebagai tanah haram (tanah suci) yang aman sebagaimana Allah menjadikan Mekah sebagai tanah haram yang aman.

Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah menjadikan Mekah sebagai tanah haram, maka sayapun menjadikan Madinah sebagai tanah haram.” (HR Muslim).

Maksud dari pengharaman yang disandarkan kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim 'Alahissalam adalah untuk menegaskan pengharamannya. Karena pada hakekatnya yang mengharamkan adalah Allah. Dialah yang menjadikan Mekah dan Madinah sebagai tanah haram.

4. Kesucian Kota Madinah
Tatkala nabi Shalallahu'alaihi wasallam menerangkan kesucian (keharaman) kota Madinah, beliau menerangkan pula kedudukannya yang agung serta bahaya berbuat bid’ah didalamnya, beliau bersabda “Kota Madinah adalah tanah haram antara iir dan tsaur. Barangsiapa yang berbuat bid’ah (atau dosa) atau melindungi pelaku bid’ah (atau dosa) maka baginya laknat Allah dan para malaikat serta manusia seluruhnya. Allah tidak menerima darinya amalan wajib maupun sunnahnya” (HR Bukhari dan Muslim).

5. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menamakannya dengan nama “طيبة” (Thayyibah yang artinya baik) dan juga ”طابة” (Thobah yang artinya baik).

Bahkan terdapat keterangan dalam sahih muslim bahwa Allah menamakannya dengan ”طابة” .
Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda “ Sesungguhnya Allah menamakan kota Madinah ini dengan ”طابة” “ Kedua nama ini berasal dari kalimat “الطيب” yang menunjukkan pada arti baik. Kedua kalimat tersebut digunakan untuk menunjukkan kebaikan dan dimaksudkan untuk sebuah tempat yang penuh kebaikan.

6. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menggambarkan bahwa kota Madinah adalah sebuah kota yang memakan kota lain.

Beliau bersabda “Saya dperintahkan menuju sebuah kota yang memakan kota yang lain (maksudnya diperintahkan untuk hijrah kota tersebut yaitu sebuah kota yang memakan kota yang lain) mereka menamakannya kota yatsrib yaitu Madinah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Perkataan Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam “memakan kota” ditafsirkan bahwa kota Madinah akan ditolong dan akan mengalahkan kota yang lain. Ditafsirkan juga bahwa kota Madinah akan menghasilkan ghanimah (harta rampasan perang) yand didapat dari jihad fii sabilillah. Ghanimah tersebut akan mengalir ke kota Madinah.

Kedua hal ini telah terjadi dan terbukti. Kota Madinah telah mengalahkan kota-kota yang lain, muncul darinya juru dakwah yang memperbaiki keadaan manusia serta para ahli perang yang membawa kemenangan. Mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Allah. sehingga masuklah orang-orang kedalam agama islam. Maka segala kebaikan yang muncul bagi penduduk bumi bersumber dari kota Madinah, yaitu kota Rasulullah saw. Oleh karena itu gelar kota Madinah memakan kota yang lain dibenarkan dengan kenyataan bahwa Madinah diberi pertolongan dalam mengalahkan kota lain, hal itu terbukti pada generasi awal dengan rombongan pertamanya dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam dan para khalifah ar rasyidin Radhiyallahu'anhum. Begitu pula telah terjadi dihasilkannya ghanimah dan mengalirnya ghanimah tersebut kekota Madinah. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam pun telah mengabarkan bahwa harta kisra dan kaisar akan diinfakkan dijalan Allah, dan hal itu telah terjadi, harta tersebut didatangkan ke Madinah dan telah dibagi-bagi oleh Umar bin khattab Al Faruq Radhiyallahu'anhu.

7. Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam memerintahkan untuk bersabar atas berat dan kerasnya Madinah.

Beliau bersabda “Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahuinya.”
Hadits ini muncul berkenaan dengan orang-orang yang berfikir untuk berpindah dari medinah kekota lain yang lebih nyaman dan lebih mudah rizkinya serta lebih banyak hartanya, maka nabi pun bersabda bahwa “kota Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahuinya. Tidak ada seorangpun yang meninggalkan Madinah karena tidak menyukainya melainkan Allah akan gantikan dengan orang yang lebih baik darinya. Dan tidak ada seorangpun yang tegar menghadapi berat dan kerasnya Madinah melainkan aku akan menjadi pemberi syafaat atau saksibaginya pada hari kiamat.” (HR Muslim).

Hadits ini menunjukkan akan keutamaan kota Madinah serta keutamaan bersabar menghadapi berat dan kerasnya Madinah serta kesempitan hidup jika terjadi pada seseorang. Maka janganlah hal itu diadikan sebagai alasan untuk pindah kekota lain demi mendapatkan kenyamanan ataupun keluasan rizki, bahkan yang seharusnya dilakukan adalah bersabar atas apa yang terjadi didalamnya, karena dia telah dijanjikan dengan janji yang agung serta pahala yang banyak dari Allah ta’ala.

8. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam mendoakan keberkahan untuk Madinah, diantaranya sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam “Ya Allah, berkahilah kami pada buah – buahan kami, berkahilah kami pada kota kami, berkahilah pada sha’ kami dan berkahilah pada mud kami.” (HR Muslim).

9. Keluarnya Demam dari kota Madinah. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "Saya melihat bagaikan seorang wanita berkulit hitam dengan kepala yang menakutkan (bentuk kepala yang mengerikan) keluar dari kota Madinah, kemudian menetap di Mahi'ah (nama tempat)-yaitu Juhfah-maka akupun menta'wilkannya dengan waba Madinah yang telah pindah kedaerah tersebut". (HR Bukhari).

Juhfah adalah nama daerah yang sekarang di jadikan tempat miqad untuk mereka yang datang berhaji/ berumroh dari negara Irak dan sekitarnya.

10. Bahwa kota Madinah tidak dimasuki penyakit thaun dan tidak pula dimasuki oleh Dajjal. Beliau Shalallahu'alaihi wasallam bersabda, “Di penjuru Madinah terdapat malaikat. Thaun dan Dajjal tidak bisa memasukinya.” (HR Bukhari dan Muslim).

11. Didalam kota Madinah terdapat dua masjid agung yaitu Masjid Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam (Masjid Nabawi) dan Masjid Quba.

Adapun Masjid Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam memiliki keutamaan yang diterangkan dalam banyak hadits diantaranya sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam “Tidak boleh safar (bepergian jauh; dalam rangka ibadah) kecuali menuju tiga masjid: Masjidil haram, masjid ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.” (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu masjid tersebut terletak di Madinah.
Juga tentang keutamaan sholat di dalamnya, yaitu lebih utama dari pada seribu kali sholat di tempat (masjid) lain. Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam bersabda “Sholat di masjidku ini lebih baik daripada seribu kali sholat di tempat lain kecuali Masjidil Haram.” (HR Bukhari dan Muslim).

12. Raudhah (Taman)
Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda, “Di antara rumahku dengan mimbarku terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga. Mimbarku itu ada di atas telagaku.”

13. Keutamaan shalat di Masjid Quba diganjar pahala umroh, Nabi Shalallahu'alaihi wasallam dulu senantiasa mendatangi Masjid Quba setiap hari sabtu kadang berjalan kaki, kadang berkendaraan dan shalat di dalamnya dua rakaat.

14. Di madinah terdapat Gunung Uhud, Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam bersabda "Ini gunung yang mencintai kita dan kita mencintainya" (HR Bukhari dan Muslim).

15. Keutamaan wafat di Madinah. Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang sanggup untuk mati di Madinah maka lakukanlah, sesungguhnya saya akan memberikan syafaat bagi siapa yang mati di Madinah". (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Umar ibn Khattab Radhiyallahu'anhu berdoa, “Ya Allah, karuniakanlah aku suatu anugerah, yaitu mati syahid di jalan-Mu (yakni dalam membela agama Mu), dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu.” Dan Allah mengabulkan permohonannya.


***Subhanallah..semoga kami (bersama keturunan-keturunan kami kelak, insyaAllah) yang saat ini diberi kesempatan tinggal di Madinah dapat meraih keutamaan-keutamaan dari Kota Rasulullah ini ...amiin Yaa Rabbal Alamin...***

Sumber : Indahnya Berbagi dengan sedikit editan dari saia..***
Read more ...

Mengenal Sosok Mulia Atha’ ibn Abi Rabah; Pemilik Fatwa di Masjidil Haram dan Pewaris Abdullah ibn Abbas

01 Mei 2011

Alhamdulillah...hari ini masih diberi kesempatan menghirup segarnya udara pagi di bumi Madinah. Seperti biasa setelah semua rutinitas pagi selesai saya kerjakan, saya kemudian online dan membuka beberapa website termasuk blog saya dan mendapati untaian kalimat bijak di ruang widgets 'Wiseword Today'. Kalimat bijak tersebut berbunyi :
"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian (dari kalangan para sahabat dan tabi'in) membenci ucapan yang tidak bermanfaat. Mereka mengganggap bahwa semua ucapan termasuk dalam ucapan yang tidak bermanfaat, kecuali tiga hal : (1) membaca al-Qur'an, (2) amar ma'ruf nahi munkar dan (3) pembicaraan seseorang dalam hal yang memang ia harus berbicara tentangnya seperlunya."

Kalimat bijak yang berasal dari seorang atba'ut tabi'in mulia Atha' ibn Abi Rabah yang sangat berkesan dan sejenak mampu membawa saya memuhasabah setiap perkataan yang pernah terlontar dari lisan saya baik secara langsung maupun tidak (via dunia maya). Subhanallah, sungguh banyak perkataan yang tidak mendatangkan manfaat dan berharap kedepannya apa-apa yang keluar dari lisan ini lebih bermanfaat bagi diri pribadi juga orang lain..amiin.

Setelah membaca kalimat bijak dari beliau, saya tergelitik untuk mengenal beliau lebih jauh, maka saya coba browser dan Allhamdulillah saya mendapatkan link yang bagus yang menjelaskan siapa beliau. Dan sangat ingin berbagi dengan yang lain tentang siapa beliau agar bukan hanya saya saja tetapi siapa saja yg sempat berkunjung ke blog saya juga dapat mengambil banyak manfaat dari kehidupan beliau, insyaAllah.
So..let's read shirah about him carefully!

Atha' ibn Abi Rabah; Pemilik Fatwa di Masjidil Haram
dan Pewaris Abdullah ibn Abbas

"Saya tidak melihat orang yang mencari ilmu karena Allah, kecuali tiga orang yakni: 'Atha', Thawus, dan Mujahid." Salamah bin Kuhail

Kita sekarang memasuki sepuluh hari terakhir bulan Dzul Hijjah tahun 97 H. Dan rumah tua (Ka'bah) ini disesaki oleh tamu-tamu Allah dari segala penjuru; para pejalan kaki dan para pengendara, Tua dan muda, Laki-laki dan perempuan, berkulit hitam dan putih; orang arab dan non Arab serta tuan dan ada yang dipertuan alias rakyat.
Mereka semua telah datang menghadap Raja manusia dengan khusyu' seraya bertalbiyah dan mengharapkan pahala Allah.

Tersebutlah, Sulaiman bin Abdul Malik, seorang Khalifah kaum muslimin dan salah seorang raja agung yang pernah bertahta di muka bumi sedang berthawaf di sekeliling Ka'bah dengan kepala terbuka dan bertelanjang kaki. Dia hanya mengenakan kain sarung dan selendang. Kondisinya kala itu sama seperti saudara-saudaranya fillah yang menjadi rakyat jelata. Sementara di belakangnya ada dua orang putranya, keduanya adalah dua anak muda yang keceriaan wajahnya bagaikan bulan purnama dan wangi dan kilauannya ibarat bunga yang sedang mekar.
Begitu khalifah menyelesaikan thawafnya, beliau menengok ke arah salah seorang pengawalnya sembari berkata,
"Di mana sahabatmu?."
Orang itu menjawab, "Dia di sana sedang shalat", Sambil menunjuk ke pojok Barat Masjid Al-Haram. Lalu Khalifah dengan diikuti kedua putranya menuju tempat yang ditunjuk oleh pengawal tersebut.

Para pengawal pribadinya ingin mengikuti khalifah guna melebarkan jalan bagi dan melindunginya dari suasana berdesak-desakan. Akan tetapi Khalifah melarang mereka melakukan hal itu sembari berkata,
"Para raja dan rakyat jelata sama kedudukannya di tempat ini. Tidak seorang pun yang lebih mulia dari orang lain, kecuali berdasarkan penerimaan (terhadap amalnya) dan ketakwaan. Boleh jadi ada orang yang kusut dan lusuh berdebu datang kepada Allah, lalu Allah menerima ibadahnya dan pada saat yang sama, para raja tidak diterima oleh-Nya.

Kemudian Khalifah berjalan menuju orang tersebut, lalu dia mendapatinya masih melaksanakan shalat, khusyu' di dalam ruku' dan sujudnya. Sedangkan orang-orang duduk di belakang, di sebelah kanan dan kirinya, lalu Khalifah duduk di barisan paling belakang dari majlis tersebut dan mendudukkan kedua anaknya di situ.
Mulailah dua anak muda Quraisy ini mengamati laki-laki yang dituju Amirul mu'minin (bapak mereka) dan duduk bersama orang-orang awam lainnya; menunggunya hingga selesai dari shalatnya.

Ternyata orang itu adalah seorang tua yang berasal dari Habasyah, berkulit hitam, berambut keriting lebat dan pesek hidungnya. Jika dia duduk tampak bagaikan gagak hitam.

Ketika orang itu telah selesai dari shalatnya, dia menoleh ke arah dimana Khalifah berada. Lalu Sulaiman bin Abdul Malik, sang khalifah memberi salam dan orang itu membalasnya.

Saat itulah Khalifah menyongsongnya dan bertanya tentang manasik haji, dari satu hal ke hal lainnya, dan orang itu menjawab setiap pertanyaan dengan jawaban yang tuntas dan memerincinya sehingga tidak memberikan kesempatan lagi bagi si penanya untuk bertanya lagi. Dan dia juga menisbahkan setiap perkataan yang diucapkannya kepada sabda Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.

Ketika Khalifah telah selesai mengajukan pertanyaannya, beliau mengucapkan, "Mudah-mudahan Allah membalas anda dengan kebaikan," dan beliau berkata kepada kedua putranya, "Berdirilah," lalu keduanya berdiri… Kemudian mereka bertiga berlalu menuju tempat sa'i.

Ketika mereka bertiga di pertengahan jalan menuju tempat sa'i, antara Shafa dan Marwa, kedua anak muda itu mendengar ada orang-orang yang berseru,
"Wahai kaum muslimin, siapapun tidak boleh memberi fatwa kepada orang-orang di tempat ini, kecuali 'Atha' bin Abi Rabah. Dan jika dia tidak ada, maka Abdullah bin Abi Nujaih.

Maka salah satu dari kedua anak muda itu menoleh kepada ayahnya seraya berkata,
"Bagaimana mungkin pegawai Amirul mu'minin bisa menyuruh orang-orang supaya tidak meminta fatwa kepada siapapun selain kepada 'Atha' bin Abi Rabah dan sahabatnya kemudian kita telah datang meminta fatwa kepada orang ini?… seorang yang tidak peduli terhadap kehadiran Khalifah dan tidak memberikan penghormatan yang layak terhadapnya?."

Maka Sulaiman berkata kepada putranya,
"Orang yang telah kamu lihat -wahai anakku- dan yang kamu lihat kita tunduk di depannya inilah 'Atha' bin Abi Rabah, pemilik fatwa di Masjid Haram dan pewaris Abdullah bin Abbas di dalam kedudukan yang besar ini."
Kemudian Khalifah melanjutkan perkataannya,
"Wahai anakku, belajarlah ilmu, karena dengan ilmu orang rendah akan menjadi mulia, orang yang malas akan menjadi pintar dan budak-budak akan melebihi derajat raja."

Perkataan Sulaiman bin Abdul Malik kepada putranya tentang masalah ilmu tidaklah berlebihan. Karena 'Atha' bin Abi Rabah pada masa kecilnya adalah hamba sahaya milik seorang perempuan penduduk Mekkah. Akan tetapi, Allah 'Azza wa Jalla memuliakan budak Habasyah ini, dengan meletakkan kedua kakinya semenjak kecil di jalan ilmu. Dia membagi waktunya menjadi tiga bagian: Satu bagian untuk majikan perempuannya, mengabdi kepadanya dengan sebaik-baik pengabdian dan memberikan hak-haknya dengan sempurna. Dan satu bagian dia jadikan untuk Tuhannya. Waktu ini dia gunakan untuk beribadah dengan sepenuh-penuhnya, sebaik-baiknya dan seikhlas-ikhlasnya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Dan satu bagian lagi dia jadikan untuk mencari ilmu. Dia banyak berguru kepada sahabat-sahabat Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam yang masih hidup, dan menyerap ilmu-ilmu mereka yang banyak dan murni.

Dia berguru kepada Abu Hurairah, 'Abdullah bin Umar, 'Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Az-Zubair dan sahabat-sahabat mulia lainnya radliyallâhu 'anhum, sehingga hatinya dipenuhi ilmu, fiqih dan riwayat dari Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.
Ketika Majikan perempuannya melihat bahwa budaknya telah menjual jiwanya kepada Allah dan mewakafkan hidupnya untuk mencari ilmu, maka dia melepaskan haknya terhadap 'Atha', kemudian memerdekakannya sebagai bentuk taqarrub kepada Allah 'Azza wa Jalla, Mudah-mudah Allah menjadikannya bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.

Semenjak hari itu, 'Atha' bin Abi Rabah menjadikan Baitul Haram sebagai tempat tinggalnya, sebagai rumahnya, tempat dia berteduh dan sebagai sekolahan yang dia belajar di dalamnya, sebagai tempat shalat yang dia bertaqarrub kepada Allah dengan penuh ketakwaan dan keta'atan. Hal ini membuat ahli sejarah berkata, "Masjid Haram menjadi tempat tinggal 'Atha' bin Abi Rabah kurang lebih dua puluh tahun."

Seorang tabi'i yang mulia 'Atha' bin Abi Rabah ini telah sampai kepada kedudukan yang sangat tinggi di dalam bidang ilmu dan sampai kepada derajat yang tidak dicapai, kecuali oleh beberapa orang semasanya.

Telah diriwayatkan bahwa 'Abdullah bin Umar sedang menuju ke Mekkah untuk beribadah umrah. Lalu orang-orang menemuinya untuk bertanya dan meminta fatwa, maka 'Abdullah berkata, "Sesungguhnya saya sangat heran kepada kalian, wahai penduduk Makkah, mengapa kamu mengerumuniku untuk menanyakan suatu permasalahan, sedangkan di tengah-tengah kalian sudah ada 'Atha' bin Abi Rabah?!."
'Atha' bin Abi Rabah telah sampai kepada derajat agama dan ilmu dengan dua sifat:

Pertama, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas jiwanya. Dia tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk bersenang-senang dengan sesuatu yang tidak berguna.

Kedua, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas waktunya. Dia tidak membiarkannya hanyut di dalam perkataan dan perbuatan yang melebihi keperluan.
Muhammad bin Suqah bercerita kepada pengunjungnya, "Maukah kamu mendengar suatu ucapan, barangkali ucapan ini dapat memberi manfaat kepadamu, sebagaimana ia telah memberi manfaat kepadaku?."
Mereka berkata, "Baik."

Dia berkata, "Pada suatu hari, 'Atha' bin Abi Rabah menasehatiku, Dia berkata, 'Wahai keponakanku, Sesungguhnya orang-orang sebelum kami dahulu tidak menyukai perkataan yang sia-sia." Lalu aku berkata, 'Dan apa perkataan yang sia-sia menurut mereka?' 'Atha' berkata, 'Dahulu mereka menganggap setiap perkataan yang bukan membaca atau memahami Kitab Allah 'Azza wa Jalla sebagai perkataan sia-sia. Demikian pula dengan bukan meriwayatkan dan mengaji hadits Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam atau menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar atau ilmu yang dapat dibuat taqarrub kepada Allah Ta'ala atau kamu berbicara tentang kebutuhanmu dan ma'isyahmu yang harus dibicarakan. Kemudian dia mengarahkan pandangannya kepadaku dan berkata, Apakah kamu mengingkari "sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) " (Al-Infithar, ayat: 10)
Dan bersama setiap kamu ada dua malaikat "Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir "(Qaaf, ayat: 17-18).

Kemudian dia berkata, "Apakah salah seorang di antara kita tidak malu, jika buku catatannya yang dia penuhi awal siangnya dibuka di depannya, lalu dia menemukannya apa yang tertulis di dalamnya bukan urusan agamanya dan bukan urusan dunianya."

Allah Azza wa Jalla benar-benar menjadikan ilmu 'Atha' bin Abi Rabah bermanfaat bagi banyak golongan manusia. Di antara mereka ada orang-orang yang khusus ahli ilmu dan ada orang-orang pekerja dan lain-lainnya.

Imam Abu Hanifah An-Nu'man bercerita tentang dirinya. Dia berkata: Aku telah berbuat kesalahan dalam lima bab dari manasik haji di Makkah, lalu tukang cukur mengajariku...yaitu bahwa aku ingin mencuckur rambutku supaya aku keluar dari ihram, lalu aku sewaktu hendak cukur, aku berkata, "Dengan bayaran berapa anda mencukur rambutku?"

Maka tukang cukur itu menjawab:Mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada anda. Ibadah tidak disyaratkan dengan bayaran, duduklah dan berikan sekedar kerelaan." Maka aku merasa malu dan aku duduk, namun aku duduk dalam keadaan berpaling dari arah kiblat.
Lalu tukang cukur itu menoleh ke arahku supaya aku menghadap kiblat, dan aku menurutinya, dan aku semakin grogi.

Kemudian aku menyilakannya supaya dia mencukur kepalaku sebelah kiri, tetapi, dia berkata, "Berikan bagian kanan kepala anda, lalu aku berputar. Dan mulailah dia mencukur kepalaku, sedangkan aku terdiam sambil melihatnya dan merasa kagum kepadanya. Lalu dia berkata kepadaku, "Kenapa anda diam? Bertakbirlah." Lalu aku bertakbir, sehingga aku berdiri untuk siap-siap pergi. Lalu dia berkata: Ke mana anda akan pergi? Maka aku menjawab, "Aku akan menuju kendaraanku." Lalu dia berkata, shalatlah dua rakaat, kemudian pergilah kemana anda suka." Lalu aku shalat dua rakaat dan aku berkata di dalam hati, "Seorang tukang cukur tidak akan berbuat seperti ini, kecuali dia adalah orang yang berilmu." Maka aku berkata kepadanya: Dari mana anda dapatkan manasik yang anda perintahkan kepadaku ini?
Maka dia berkata: Demi Allah, Aku telah melihat 'Atha' bin Abi Rabah melakukannya lalu aku mengikutinya dan aku mengarahkan orang lain kepadanya.
Dunia telah berdatangan kepada 'Atha' bin Abi Rabah namun dia berpaling dan menolaknya dengan keras Dia hidup sepanjang umurnya hanya dengan mengenakan baju yang harganya tidak melebihi lima dirham.

Para khalifah telah mengundangnya supaya dia menemani mereka. Akan tetapi bukan dia tidak memenuhi ajakan mereka, karena mengkhawatirkan agamanya daripada dunianya; akan tetapi disamping itu dia datang kepada mereka jika dalam kedatangannya ada manfaat bagi kaum muslimin atau ada kebaikan untuk Islam. Di antaranya seperti yang diceritakan oleh Utsman bin 'Atha' Al-Khurasani, dia berkata, "Aku di dalam suatu perjalanan bersama ayahku, kami ingin berkunjung kepada Hisyam bin Abdul Malik. Ketika kami telah berjalan mendekati Damaskus, tiba-tiba kami melihat orang tua di atas Himar hitam, dengan mengenakan baju jelek dan kasar jahitannya. serta memakai jubah lusuh dan berpeci. Tempat duduknya terbuat dari kayu, maka aku tertawakan dia dan aku berkata kepada ayah, "Siapa ini?" Maka ayah berkata, "Diam, ini adalah penghulu ahli fiqih penduduk Hijaz 'Atha' bin Abi Rabah." Ketika orang itu telah dekat dengan kami, ayah turun dari keledainya.

Orang itu juga turun dari himarnya, lalu keduanya berpelukan dan saling menyapa. Kemudian keduanya kembali menaiki kendaraannya, sehingga keduanya berhenti di pintu istana Hisyam bin Abdul Malik. Ketika keduanya telah duduk dengan tenang, keduanya dipersilakan masuk. Ketika ayah telah ke luar, aku berkata kepadanya, Ceritakanlah kepadaku; tentang apa yang anda berdua lakukan, maka ayah berkata, "Ketika Hisyam mengetahui bahwa 'Atha' bin Abi Rabah berada di depan pintu, beliau segera mempersilakannya masuk- dan demi Allah, aku tidak bisa masuk, kecuali karena sebab dia, dan ketika Hisyam melihatnya, beliau berkata, Selamat datang, selamat datang. Kemari, kemari, dan terus beliau berkata kepadanya, Kemari, kemari, sehingga beliau mempersilakan duduk bersamanya di atas permadaninya, dan menyentuhkan lututnya dengan lututnya." Dan di antara orang-orang yang duduk adalah orang-orang besar, dan tadinya mereka berbincang-bincang lalu mereka terdiam. Kemudian Hisyam menghadap kepadanya dan berkata, "Apa keperluan anda wahai Abu Muhammad?" 'Atha' berkata, "Wahai Amirul Mu'minin; Penduduk Haramain (Makkah dan Madinah) adalah penduduk Allah dan tetangga Rasul-Nya, berikanlah kepada mereka rizki-rizki dan pemberian-pemberian. Maka Hisyam menjawab, "Baik, Wahai ajudan; Tulislah untuk penduduk Makkah dan Madinah pemberian-pemberian dan rizki-rizki mereka untuk waktu satu tahun.

Kemudian Hisyam berkata, Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?." 'Atha' berkata, "Ya wahai Amirul mu'minin, penduduk Hijaz dan penduduk Najd adalah inti arab dan pemuka Islam, maka berikanlah kepada mereka kelebihan sedekah mereka." Maka Hisyam berkata, "Baik, wahai ajudan, Tulislah, bahwa kelebihan sedekah mereka dikembalikan kepada mereka."
"Apakah ada keperluan lain selain itu wahai Abu Muhammad?" Ya wahai Amirul mu'minin, Kaum muslimin yang menjaga di perbatasan, mereka berdiri di depan musuh-musuh anda, dan mereka akan membunuh setiap orang yang berbuat jahat kepada kaum muslimin, maka berikanlah sebagian rizki kepada mereka, karena kalau mereka mati, maka perbatasan akan hilang."

Maka Hisyam berkata, "Baik, wahai ajudan, tulislah, supaya dikirim rizki kepada mereka." "Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?"
'Atha' berkata, "Ya, wahai Amirul mu'minin; Orang-orang kafir dzimmi supaya tidak dibebani dengan apa yang mereka tidak mampu, karena apa yang anda tarik dari mereka adalah merupakan bantuan untuk anda atas musuh anda."
Maka Hisyam berkata, "Wahai ajudan tulislah untuk orang-orang kafir dzimmi, supaya mereka tidak dibebani dengan sesuatu yang mereka tidak mampu."
"Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad?
'Atha' berkata, Ya, Bertakwalah kepada Allah di dalam diri anda wahai Amirul mu'minin, dan ketahuilah bahwa anda diciptakan di dalam keadaan sendiri. dan anda akan mati didalam keadaan sendiri...dan anda akan dibangkitkan di dalam keadaan sendiri dan anda akan dihisab dalam keadaan sendiri dan demi Allah tidak seorang pun dari orang yang anda lihat bersama anda."
Maka Hisyam menyungkurkan wajahnya ke tanah dan menangis, lalu 'Atha' berdiri dan aku berdiri bersamnya.

Dan ketika kami telah sampai ke pintu, ternyata ada seseorang yang mengikuti 'Atha' dengan membawa kantong, dan aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya, dan orang itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya Amirul mu'minin mengirim ini kepada anda." Maka 'Atha' berkata, "Maaf aku tidak akan menerima ini."
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam " (Asy-Syuara', ayat:109)
Demi Allah, Sesungguhnya 'Atha' menemui Khalifah dan keluar dari sisinya tanpa meminum setetes air pun.

Selanjutnya 'Atha' bin Abi Rabah dikaruniai umur panjang hingga seratus tahun. Umur itu dia penuhi dengan ilmu, amal, kebaikan dan takwa.
Dan dia membersihkannya dengan zuhud dari kekayaan yang ada di tangan manusia dan sangat mengharap ganjaran yang ada di sisi Allah.
Ketika dia wafat, dia di dalam keadaan ringan dari beban dunia. Banyak berbekal dengan amal akhirat. Selain itu, Dia melakukan ibadah haji sebanyak tujuh puluh kali, beliau melakukan di dalammya 70 kali wukuf di arafah.
Di sana dia memohon kepada Allah keridlaan-Nya dan surga-Nya.
Dan memohon perlindungan kepada-Nya dari murka-Nya dan dari neraka-Nya.


Rujukan:
1- Ath-Thabaqat Al-Kubra, oleh Ibnu Sa'd: 2/386.
2- Hilyatul Auliya', oleh Abu Nu'aim: 3/310.
3- Sifat Ash-Shafwah, oleh Ibnu Al-Jauzi: 2/211.
4- Ghuraru Al-Khashaish: 117.
5- Wafayat Al-A'yan, oleh Ibnu Khalkan: 3/261
6- Thabaqat Asy-Syairazi: lembar ke 17.
7- Nukatu Al-Hamya: 199.
8- Mizanu Al-I'tidal: 2/197
9- Tadzkiratu Al-Huffadz: 1/92.
10- Tahdzib At-Tahdzib: 7/199.
11- Nuzhatu Al-Khawathir: 1/85.

sumber : Al Sofwah

Read more ...

Bahaya 'Ain

24 April 2011

Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat Muawwadzatain berkata, “Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki, seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan pandangan kekaguman.” Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir mengenai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya,

وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ

“Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur’an dan mereka mengatakan ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila.” (Al Qalam [68]: 51)

Terdapat pula hadits dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

العين حقُُّ ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya.” (HR. Muslim)

Subhanallah, lihatlah bagaimana bahaya ‘ain telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Dan terdapat pula contoh-contoh pengaruh buruk ‘ain yang terjadi pada masa sahabat. Salah satunya adalah yang terjadi ada Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain bukan karena rasa dengki namun karena rasa takjub. Sebagaimana dalam hadits,

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif menyebutkan bahwa Amir bin Rabi’ah pernah melihat Sahl bin Hunaif mandi lalu berkatalah Amir, “Demi Allah, Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini.” Berkata Abu Umamamh, “Maka terpelantinglah Sahl.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata, “Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya!” Maksudnya Nabi menyuruh Amir berwudhu kemudian diambil bekas air wudhunya untuk disiramkan kepada Sahl dan ini adalah salah satu cara pengobatan orang yang tertimpa ‘ain bila diketahui pelaku ‘ain tersebut (*). Maka Amir mandi dengan menggunakan satu wadah air. Dia mencuci wajah, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.” (HR. Malik dalam al Muwaththa 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1424. sanadnya shahih, para perawinya terpercaya, lihat Zaadul Ma’ad tahqiq Syu’aib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth 4/150 cet tahun 1424 H. Lihat majalah Al Furqon).

(*) Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho. Wallahu a’lam.

Tanda-Tanda Terkena ‘Ain

Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya.

Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata, “Pada suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,

ما لِصبيِّكم هذا يبكي قهلاََ استرقيتم له من العين

“Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ‘ain?” (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304).

Begitu pula hadits Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma’ binti Umais, “Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma menjawab, “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain”. Beliau berkata, “Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi)

Berlindung dari Bahaya ‘Ain

Sesungguhnya syari’at Islam adalah sempurna. Setiap hal yang mendatangkan bahaya bagi umatnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu telah menjelaskan tentang perkara tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Begitu pula dengan bahaya ‘ain ini.

1. Bagi Seseorang yang Memungkinkan Memberi Pengaruh ‘Ain

Berdasarkan hadits Abu Umamah di atas maka hendaknya seseorang yang mengagumi sesuatu dari saudaranya maka yang baik adalah mendoakan keberkahan baginya. Dan berdasarkan surat Al Kahfi ayat 39, maka ketika takjub akan sesuatu kita juga dapat mengucapkan doa:

مَا شَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إلاَّ بِا للهِ

Artinya:

“Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud.”

2. Bagi yang Memungkinkan Terkena ‘Ain

Sesungguhnya ‘ain terjadi karena ada pandangan. Maka hendaknya orang tua tidak berlebihan dalam membanggakan anaknya karena dapat menimbulkan dengki ataupun kekaguman pada yang mendengar dan kemudian memandang sang anak. Adapun jika memang kenikmatan itu adalah sesuatu yang memang telah nampak baik dari kepintaran sang anak, fisiknya yang masya Allah, maka hendaknya orang tua mendoakan dengan doa-doa, dzikir dan ta’awudz yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah surat muawadzatain (surat Annas dan al-Falaq). Ada pula do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِِ وَ هَامَّةِِ وَ مِنْ كُلِّ عَيْنِِ لامَّةِِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari dalam kitab Ahaditsul Anbiya’: 3120)

Atau dengan doa,

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” (HR. Muslim 6818).

Kemudian, terdapat pula do’a yang dibacakan oleh malaikat Jibril alaihissalam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat gangguan setan, yaitu:

بِسْمِ اللهِ أرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءِِ يُؤْذِيْكََ مِن شَرِّ كُلِّ نَفْسِِ وَ عَيْنِ حَاسِدِِ اللهُ يَشْفِيكَ

“Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pengaruh ‘ain. Semoga Allah menyembuhkanmu.”

Dan terdapat do’a-do’a lain yang dapat dibacakan kepada sang anak untuk menjaganya dari bahaya ‘ain ataupun menyembuhkannya ketika telah terkena ‘ain. (lihat Hisnul Muslim oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani atau Ad Du’a min Al Kitab wa As Sunnah yang telah diterjemahkan dengan judul Doa-doa Dan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani)

Jazaakunnallahu khair buat mba Eana Aljembery dan Ummu Abdirrazzaq yg telah berbagi motivasi dan ilmu...
Read more ...

Metode Sederhana Menghafal Al-Qur'an bagi Orang-orang Sibuk

Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiym.Assalaamu 'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuhu.
Alhamdulillah, Washshalatu wassalaamu 'alaa Nabiyyinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa ash-haabihi ajma'iyn. Ammaa ba'du.

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy'an, banyak hadits yang menyebutkan tentang keutamaan menghapal Al-Qur'an, dan sepantasnya di hati setiap orang yang beriman memiliki keinginan yang kuat untuk menghafalkannya, dan senantiasa memiliki kecemburuan terhadap para penghafalnya, namun kecemburuan yang kami maksud bukanlah kecemburuan negatif yang menghendaki hilangnya suatu nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada saudaranya dan kemudian nikmat tersebut beralih kepadanya, bukan itu Ikhwan dan Akhwat sekalian, akan tetapi yang kami maksud di sini adalah kecemburuan positif di mana kita pun menginginkan nikmat yang sama tanpa ada keinginan agar nikmat tersebut hilang dari saudara kita, sehingga kitapun saling berpacu bahkan saling tolong menolong dalam menggapai kebaikan tersebut.

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy'an, sebelum kami masuk ke pembahasan metode maka terlebih dahulu kami ingin melampirkan beberapa dalil tentang keutamaan menghafal Al-Qur'an, dengan harapan ini semua akan lebih memacu kita semua untuk berusaha dan terus berusaha menghafalkan Al-Qur'an tersebut tanpa ada kata menyerah hingga KETETAPAN ALLAH datang menghampiri kita semua, Insyaa Allah, Allahu Akbar...!!!

1. Hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah 'Azza wa Jalla.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:

"Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh". (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata hadits ini hasan sahih).

2. Memperoleh penghormatan dari Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam.

Dari Abi Hurairah Radiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur'an mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al-Qur'an-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam :"Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hafal, hai Fulan?" ia menjawab: aku telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam kembali bertanya: "Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?" Ia menjawab: Betul. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:"Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!". Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu, Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Pelajarilah Al Qur'an dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur -dan dalam dirinya terdapat hafalan Al Qur'an- adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik" (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaam 2126), dan dalam sanadnya ada 'Atha, Maula, Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpecaya kecuali Ibnu Hibban).

3. Penghafal Al Qur'an akan memakai mahkota kehormatan.

Dari Abi Hurairah Radiyallahu 'anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: :"Penghafal Al Qur'an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Qur'an akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Qur'an kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Qur'an memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan" (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia meninalinya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi(1/533).)

4. Dapat membahagiakan kedua orang tua, sebab orang tua yang memiliki anak penghapal Al Qur'an memperoleh pahala khusus.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari Buraidah Al Aslami Radiyallahu 'anhu, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Al Qur'an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Qur'an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda mengenalku?". Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal kamu." Al Qur'an berkata; "saya adalah kawanmu, Al Qur'an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Qur'an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di jawab, "kerana anakmu hafal Al Qur'an. "Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil). (diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an" (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi)

5. Akan menempati tingkatan yang tinggi di Surga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhu ia berkata, bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Qur'an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh penghafal Al Qur'an adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.

6. Penghafal Al Qur'an adalah keluarga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari Anas Radhiyallahu 'anhu Ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia." Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bertanya: "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: "Ia itu ahli Qur'an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur'an dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.

7. Menjadi orang yang arif di surga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam "Dari Anas Radhiyallahu 'anhu Bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda; "Para pembaca Al Qur'an itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni surga,"

8. Memperoleh penghormatan dari manusia.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam "Dari Abu Musa Al Asya'ari Radhiyallahu 'anhu Ia berkata bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Qur'an yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Qur'an tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil."

9. Hatinya terbebas dari siksa Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam

" Dari Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu Dari Nabi Shallallahu 'alayhi wasallam Baginda bersabda: " bacalah Al Qur'an kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al Qur'an. Sesungguhanya Al Qur'an ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Qur'an maka hendaklah ia bergembira."

10. Mereka (bagi kaum pria) lebih berhak menjadi Imam dalam shalat.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam :

"Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu Dari Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam beliau bersabda; "yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca (hafalan) Al Qur'an."

11. Disayangi oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu Bahawa Nabi Shallallahu 'alayhi wasallam menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad. Kemudian nabi Shallallahu 'alayhi wasallam bertanya, "dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Qur'an?" apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka Nabi Shallallahu 'alayhi wasallam memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad."

12. Dapat memberi syafa'at kepada keluarga.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu: "Barangsiapamembaca Al Qur'an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka."

13. Merupakan bekal-bekal yang terbaik.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam:

"Dari Jabir bin Nufair, katanya Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam bersabda; "Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Qur'an.

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy'an, semoga setelah menyimak beberapa keutamaan menghafal Al Qur'an tadi antum sekalian sudah memberanikan diri untuk Bersumpah bagi diri kita masing-masing bahwa DEMI ALLAH selama kita masih diberi kesempatan dan kesehatan oleh Allah 'Azza wa Jalla, maka selama itu pula kita akan terus berupaya untuk menghafalkan kitab termulia tersebut yakni Al Qur'an meski sedikit demi sedikit.

Baiklah Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, menghafal Al Qur'an bukanlah perkara yang mudah, dibutuhkan keinginan yang kuat, keistiqamahan, kesabaran, dan disertai dengan UPAYA NYATA yakni mau memulai dan terus berusaha tanpa kenal lelah apalagi kata "MENYERAH", namun menghafal Al Qur'an juga bukanlah amalan yang mustahil untuk dikerjakan OLEH SIAPA PUN, sampai kepada kita yang memiliki seabrek kesibukan lainnya, namun perlu kami ingatkan sekali lagi, bahwa harus SABAR dan ISTIQAMAH...!

Bagaimana metode menghafal bagi orang-orang yang memiliki kesibukan...?

Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullahu jamiy'an, antum jangan berfikiran bahwa dengan metode ini antum akan menghafal Al Qur'an dalam waktu setahun atau dua tahun, tidak Ikhwan dan Akhwat sekalian, bahkan metode ini membutuhkan waktu 15 hingga 30 tahun, TERLALU LAMA...? terserah penilaian antum bagai mana, namun setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI, mungkin antum khawatir akan diwafatkan terlebih dahulu sebelum menyelesaikan hafalan...? Maka kami sampaikan bahwa SETIDAKNYA KITA BISA BERBAHAGIA KARENA MENINGGAL DALAM KONDISI MEMBAWA NIAT YANG MULIA YANG DIBENARKAN OLEH AMALAN YANG TENGAH KITA LAKUKAN, dan juga antum jangan berfikiran bahwa ini adalah pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan tanpa kesabaran, keistiqamahan, dan tindakan nyata, sebab tanpa semua itu berarti antum hanyalah BERANGAN-ANGAN...!

Syarat yang WAJIB untuk antum penuhi sebelum melaksanakan metode ini adalah:

1. Niat karena mengharap Keridhaan Allah.

2. Mampu membaca Al Qur'an dengan tartil (tajwid yang benar), atau setidaknya antum terus berusaha untuk memperbaiki kualitas bacaan Al Qur'an antum.

Berikut adalah metode yang Alhamdulillah telah kami buktikan sendiri dalam kurun waktu yang belum genap setahun ini:

1. Mulailah menghafal dari Juz 30 atau juz 29 atau juz 28, setelah itu silahkan mulai dari Juz 1 dan seterusnya.

2. Gunakan Mushaf Al Qur'an Huffadzh, yakni Al Qur'an cetakan standard international, di mana setiap juz-nya rata-rata terdiri dari +/- 10 lembar (20 halaman; di mana setiap halaman maksimal terdiri dari 15 baris), usahakan istiqamah dengan satu mushaf, tapi bukanlah alasan untuk tidak menghafal ketika suatu ketika antum lupa membawa mushaf antum, tetaplah menghafal meski dengan mushaf yang berbeda, ini hanya untuk lebih memudahkan antum dengan sebuah kebiasaan.

3. Persiapkan diri dengan mengatur 5 waktu khusus untuk menghafal dalam sehari, dan kami sangat menyarankan bahwa waktu tersebut adalah setiap antum selesai menunaikan shalat fardhu.

4. Setiap waktu tersebut, hafalkanlah 1 baris, jika hal tersebut masih terlalu berat bagi antum maka cukup hafal setengah baris saja setiap selesai shalat fadhu, dan jika setengah baris ini masih memberatkan bagi antum, maka 'afwan karena kami hanya mampu menyarankan kepada antum PERBANYAKLAH ISTIGHFAR...!!! (Ikhwan dan Akhwan sekalian, dengan menghafal 1 baris setiap selesai shalat fardhu, berarti insyaa Allah dengan kesabaran dengan keistiqamahan, antum akan Menghafal seluruh Al Qur'an dalam waktu 15 tahun, dan jika antum hanya sangguf menghafal setengah baris setiap waktu yang telah ditentukan tersebut, maka insyaa Allah dengan kesabaran dan keistiqamahan, maka antum akan menghafal seluruh Al Qur'an dalam waktu 30 tahun, sekedar mengingatkan bahwa setidaknya INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAPAL SAMA SEKALI).

5. Jika memungkinkan, cobalah antum mencari sahabat atau teman yang bisa ikut menghafal bersama antum, sebab hal tersebut akan lebih menguatkan bagi antum, boleh dari saudara, teman, istri, atau suami, namun jika tak ada satu pun maka sendiri juga insyaa Allah tidak mengapa, ANTUM PASTI BISA...!!!

6. Jika antum memiliki media yang memungkinkan untuk membantu antum seperti HP, MP3/MP4 Player, atau apa saja yang dilengkapi dengan fasilitas recorder & playback maka gunakanlah media tersebut, rekam suara (bacaan) antum pada media tersebut agar antum bisa mendengarnya di setiap kesempatan sebelum tiba waktu selanjutnya, kegiatan ini sebagai media muraja'ah dengan pendengaran sekaligus melatih telinga kita untuk terbiasa tidak mendengar hal-hal yang sia-sia seperti lagu dan musik.

7. Banyak-banyak berdo'a kepada Allah 'Azza wa Jalla agar dimudahkan, diistiqamahkan untuk menghafal Al Qur'an, juga agar diberi usia, kesehatan, dan kesempatan untuk menyelesaikan cita-cita mulia ini.

8. Gunakan kesempatan Qiyam Al Layl sebagai waktu tambahan untuk memuraja'ah hafalan-hafalan antum.

MANAJEMEN KEGIATAN MENGHAFAL:

1. Target hafalan adalah 1 halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang sanggup untuk menghafal 1 baris setiap waktunya), atau setengah halaman terhafal dengan lancar setiap pekannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya), cara mencapainya:

- Ba'da Subuh mulai hafal 1 Baris / setengah baris (pilih salah satunya sesuai kesanggupan, kemudian istiqamah-lah!!!).

- Ba'da Dzhuhur tambah hafal 1 Baris / setengah baris.

- Ba'da Ashar tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.

- Ba'da Maghrib tambah hafalan 1 Baris / setengah baris.

- Ba'da 'Isyaa' tidak perlu tambah hafalan, khususkan waktu ini untuk memuraja'ah (mengulang-ulang) semua hafalan yang telah di hafal hari itu, jangan lupa di antara waktu shalat fardu, manfaatkanlah media yang antum miliki untuk memuraja'ah hafalan antum melalui pendengaran.

- Lakukan hal di atas selama 4 hari berturut-turut (hingga antum menyelesaikan target antum dalam sepekan yakni 1 atau setengah halaman).

2. Dalam sepekan terdiri dari 7 hari, namun dengan metode ini insyaa Allah maksimal dalam 4 hari antum telah menyelesaikan target hafalan antum untuk sepekan, berarti masih tersisa 3 hari dalam sepekan tersebut, GUNAKANLAH 3 hari tersebut untuk memuraja'ah hafalan antum pada pekan tersebut, INGAT...!!! jangan terburu-buru untuk pindah ke hafalan selanjutnya, tetaplah istiqamah dengan target antum yakni 1 atau setengah halaman setiap pekannya.

3. Dalam sebulan, terdiri dari 4 pekan, berarti dengan metode ini antum akan menghafal 2 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya), atau 1 lembar setiap bulannya (bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya). Dari sini bisa kita ketahui bahwa dengan metode ini kita bisa menghafal 2 juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal 1 baris setiap waktunya, atau 1 Juz dalam waktu 10 bulan bagi yang menghafal setengah baris setiap waktunya, sebab 1 Juz = 10 lembar Al Qur'an, Ikhwan dan Akhwat rahiymakumullah, ini berarti dalam setahun tersebut ada waktu 2 bulan tersisa yang lagi-lagi bisa kita manfaatkan untuk KHUSUS memperlancar hafalan kita tersebut. Sekali lagi kami ingatkan, bahwa JANGAN menambah hafalan antum di waktu-waktu yang telah kita khususkan untuk muraja'ah.

KESIMPULAN DARI PENERAPAN METODE INI:

1. Jika antum menghafal 1 baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur'an dalam waktu 15 tahun, dengan kata lain "TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 2 JUZ".

2. Jika antum menghafal setengah baris setiap waktunya, berarti antum akan menjadi seorang penghafal Al Qur'an dalam waktu 30 tahun, dengan kata lain "TIADA TAHUN KECUALI HAFALAN ANTUM BERTAMBAH SEBANYAK 1 JUZ".

KELAMAAN IKHWAN DAN AKHWAT SEKALIAN...???

SEKALI LAGI... INGATLAH PESAN KAMI INI:

IKHWAN... SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI...!!!

AKHWAT... SETIDAKNYA INI MASIH LEBIH BAIK DARI PADA TIDAK HAFAL SAMA SEKALI...!!!

Jika suatu ketika antum futhur (lesuh semangat) dalam menggapai cita-cita mulia ini, maka ingatlah (bacalah) kembali hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam tentang keutamaan dan kemualiaan para penghafal Al Qur'an, dan ingatlah kedua ibu bapak antum yang pastinya ingin untuk dipakaikan Pakaian Kemuliaan beserta Mahkota kemuliaan di Akhirat kelak.

Semoga Allah 'Azza wa Jalla senantiasa melindungi kita dari kefuhuran, dan menjadikan kita semua sebagai hamba-hambanya yang hafal Al Qur'an, mengamalkan, dan mendakwahkannya, serta mematikan kita semua dalam kondisi dada yang menyimpan Al Qur'an beserta kemuliaannya. Aamiyn Yaa Rabbal 'Aalamiyn.

Semoga bermanfaat, Salam dan do'aku untuk antum semua wahai saudara-saudariku seiman,

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAYKA

Washallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa ash-haabihi ajma'iyn, wa aakhiru da'waanaa 'anilhamdulillahi Rabbil'aalamiyn.

AKHUKUM FILLAH,
-Imam Auliya-

Makassar, Rabu Masaa' 27 Syawwal 1431 H / 6 Oktober 2010 M.

Read more ...

‘Coz Ur Never Alone, Sister...

09 April 2011

Pernah merasa sendiri di tengah keramaian?
Merasa terkucilkan, tak dianggap, tak didengar, diacuhkan oleh orang-orang di sekeliling kita?
Merasa asing diantara hiruk pikuk kehidupan dunia?
Merasa ditinggalkan oleh orang-orang yg kita harapkan senantiasa menemani?
Dan semua deskripsi rasa kehampaan hidup di dunia yg fana ini.
Di antara kita mungkin ada yg pernah merasakan atau bahkan mungkin sering merasakannya.


Bagaimana rasanya jika semua ekspresi kehampaan itu tanpa iman sebagai perisai ?
Akankah keistiqomahan tetap menjadi pilihan hingga takdirNya menyapa ?
Sungguh tidak mudah menjaga keistiqomahan atas pilihan iman di zaman seperti ini.
Saat rasa iman semakin tawar dan hambar
Saat penopang-penopangnya semakin sulit ditemukan
Dan disaat lingkungan semakin tak mendukung.
Adakah yang tetap teguh dalam kesendirian yang sering mencekam?
Meski dalam keramaian? Terkucilkan. Merasa asing. Yang adapun enggan menemani.


Tapi semua itu tak masalah jika kita memilikiNya, yang senantiasa ada disaat kapanpun kita membutuhkanNya, tanpa kenal lelah dan pamrih.
Dia selalu ada bersama kita meski wujudNya tak nyata dalam tatapan kita saat ini.
Senantiasa menemani, meski yg lain berbalik meninggalkan kita.
Begitu dekat melebihi dekatnya urat nadi kita.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

(QS. 50 : 16)



Biarkan saja yg lain meninggalkan kita, tak usah risau, toh semuanya pun pada akhirnya akan pergi meninggalkan kita atau kita yg pergi meninggalkan mereka, asal kita selalu bersamaNya yang tak pernah sedetikpun meninggalkan kita selamanya.
Sebab Dia tak pernah membiarkan kita berjalan sendiri.
Sebab Dia akan memberi ganti teman seperjalanan yang saling mencintai karenaNya.
Sebab Dia selalu ada utk semua hamba-hambaNya.
‘Coz Ur Never Alone, Sister...

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(QS. 2 : 186)




Jazaakillah khair kepada seorang saudarifillah yg telah melengkapi catatan ini.

Pagi yg dingin tak jauh dari bentangan gunung Uhud, Jumadil Awal 1432H
Read more ...

Katakanlah : Inilah Jalanku!

06 April 2011

Berawal dari sebuah lingkaran kecil majelis ilmu; replika taman-taman surga disetiap pekannya, hati setiap kita ditautkan satu sama lain berbingkai indahnya ukhuwah islamiyah. hati yang dimiliki oleh bermacam karakter pemiliknya, ada yang lemah-lembut, ada yang keras, ada yang tegas, ada yang pemalu, ada yang pendiam, ada yang cerewet, ada yang acuh, sangat beragam, namun keberagaman karakter itu dapat terlebur, terbina dan ter-up grade setahap demi setahap dalam satu halaqah tarbiyah islamiyah. layaknya potongan-potongan ayam dan kentang, bawang merah, bawang putih merica, lengkuas, jahe, kemiri, garam, lombok, kunyit, santan, daun sereh, daun salam, tak lupa air secukupnya berpadu menjadi satu dalam panci dan diolah secara apik hingga menghasilkan opor ayam yang lezat.
berawal dari sebuah halaqah tarbiyah pula, ruhiyah setiap kita dipenuhi dengan ilmu-ilmu syar'i utk bekal keistiqomahan dan semangat berburu onta-onta merah di luar sana. betapa nikmatnya dikelilingi para malaikat, didoakan oleh seluruh penduduk langit dan bumi, ditinggikan derajat kita beberapa derajat olehNya. mengutip perkataan salah seorang atba'u tabi'in; Ibrahim bin Adham, "seandainya para raja dan pangeran mengetahui kegembiraan dan kenikmatan yang kita rasakan (ketika menuntut ilmu dan beribadah kepada Allah), niscaya mereka akan merampas apa yang kita rasakan tersebut dengan tebasan pedang."
berawal dari sebuah liqo' KKI pula, raga setiap kita dipersiapkan utk menapaki sebuah perjalanan panjang lagi terjal dan berliku. Jalan dakwah namanya.

Hingga dikemudian hari seiring bertambahnya ilmu juga amal kita, Allah mempercayakan sebuah amanah besar lagi mulia di atas pundak kita.
Amanah dakwah di jalan cinta para pejuang dakwah.
Amanah yang ringan di lisan tuk diucapkan namun teramat berat utk dilaksanakan.
Amanah utk menyampaikan 1 ayat saja dari Rasulullah Shalallahu'alahi wasallam, walau sebenarnya jika dipikir-pikir cukup banyak ayat yang kita ketahui, tapi pernahkah kita mencoba memaknai sabda Rasulullah tsb? yang boleh jadi adalah sebuah 'singgungan' kecil buat kita para penuntut ilmu yg enggan utk turut mengambil bagian dari dakwah ini. bahwa ilmu itu setelah diperoleh harus disedekahkan dalam bentuk dakwah, satu ayat itu batas minimal keilmuan yg kita miliki utk disampaikan kepada saudara/i kita yang belum tahu dan jika ternyata hari ini ilmu yang kita ketahui lebih dari satu ayat, maka sampaikanlah semua ilmu tsb dan jangan pernah berhenti menyampaikan sampai takdirNya-lah yang menyebabkan kita berhenti utk selama-lamanya dari jalan ini.

Amanah dakwah yang tidak semua manusia di muka bumi ini dipercaya utk mengembannya, hari ini telah menjadi salahsatu dari sekian aktivitas kita sebagai hambaNya.
ya, Allah telah mempercayakan kita utk menjadi pengurus ummat, menjadi perantara tersampainya hidayahNya kepada hamba-hambaNya yang lain, melakukan pekerjaan mulia yang dahulu pernah dilakoni oleh manusia-manusia mulia sekelas Rasulullah Shalallahu'alahi wasallam, beserta para sahabat/biyah Radhiyallahu'anhum juga para ulama Salafusshalih. Subhanallah...betapa percayanya Allah kepada kita, sehingga memilih kita sebagai pelanjut manusia-manusia mulia itu dalam menyebarkan ajaran Islam. tapi, merasakah kita?
yang kalau mau dipikir-pikir, siapa kita dibanding manusia-manusia mulia itu? dimana kita diantara manusia-manusia mulia itu? pantaskah kita dengan segudang kekurangan menjadi pelanjut generasi-generasi mulai itu?
sungguh..Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia menyerahkan amanah besar lagi mulia ini. dan..kita lah yang terpilih, ukhti!
Kita lah yang 'dianggap' mampu olehNya utk meneruskan tongkat estafet dakwah ini hingga kembali padaNya.
kita, ukhti! bukan mereka!

Yah, kita yang senantiasa menyibukkan diri dengan majelis-majelis ilmu disetiap pekannya juga berusaha mengejawantahkannya dalam keseharian ditemani ujian yang kerap kali datang menyapa sebagai bentuk kecintaanNya dan moment utk melihat sejauh mana pengakuan keberimanan kita padaNya.
kita yang senantiasa menjaga hijab syar'i kita dari laki-laki ajnabi di dunia nyata bahkan di dunia maya sekalipun dan meski utk tujuan dakwah sekalipun.
kita yang senantiasa hanya takut, cinta dan harap padaNya.
kita yang senantiasa memohon keistiqomahan padaNya hingga ajal menjemput.
bukan mereka yang cenderung mengisi waktu-waktunya hanya dengan kesia-siaan bahkan kemaksiatan, naudzubillahimindzalik.
bukan mereka yang begitu mudahnya dan tanpa merasa berdosa sedikitpun memperlihatkan aurat mereka di hadapan laki-laki ajnabi.
bukan mereka yang hanya mengejar dunia disetiap urusan mereka.
bukan mereka yang merasa asing sendiri dengan agamanya.
bukan mereka, tapi kita, ukhti!

Sadarkah kita, ukhti?
sadarkah kita, bahwa kita lah bagian dari hamba-hambaNya yang beruntung sebab telah terpilih sebagai penerus dakwah Rasulullah?
sadarkah kita, bahwa jalan dakwah yang hari ini kita berjalan di atasnya merupakan bentuk penjagaanNya kepada kita? yang boleh jadi ketika kita tidak berada di jalur ini kita akan sama seperti mereka bahkan mungkin lebih buruk lagi, naudzubillahimindzalik.
sadarkah kita, bahwa bergabungnya kita dalam jamaah ini adalah salah satu nikmat dari sekian banyak nikmat yang telah Dia berikan? dan sudahkah nikmat menjadi seorang muharrikah dakwah senantiasa kita syukuri?

Inilah salah satu sisi yang terkadang luput dari perhatian kita.
maka, tak jarang dari kita yang masih berpikiran bahwa adanya kita dikepengurusan dakwah ini karena dipanggil oleh ukhti fulanah, atau hanya kebetulan saja karena kita memang suka berorganisasi, atau terlibatnya kita dalam kafilah dakwah ini merupakan sesuatu yang biasa-biasa saja; tidak ada yang istimewa.
yang terkadang pada suatu masa memicu timbulnya rasa jenuh, terbebani, terkekang dengan amanah dakwah ini.
oleh karena itu, mulai sekarang cobalah utk mengubah paradigma kita ttg amanah dakwah.
agar kita benar-benar merasa beruntung telah menjadi bagian dari pembawa obor kebenaran. pede menatap dunia dengan jabatan sebagai pelayan ummat.
agar kita semakin memaknai setiap detil kejadian yang kita alami di jalan ini, yang menyenangkan ataupun tdk. krn sdh sunnatullah setiap persinggungan akan meninggalkan bekas entah bekas itu berupa kebahagiaan, luka, kesedihan, canda, dan banyak lagi efek yang mampu disebabkan oleh sebuah interaksi.
agar kita lebih menjiwai setiap amanah yang sama kita lakoni di jalan ini, baik itu kecil ataupun besar. krn setiap amanah itu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan tdk semua dari kita dapat mengatasi kesulitan-kesulitan tsb. menjadi pemimpin dalam sebuah jamaah dakwah itu sulit, tapi menjadi yang dipimpin juga tdk mudah, maka pandai-pandailah kita menempatkan diri sebagai pemimpin dan yg dipimpin sehingga amanah tsb benar-benar maksimal kita tunaikan.
agar kita semakin merasa memiliki jalan ini yang membuat kita merasa sangat bersedih ketika ada bagian dari jalan ini yang rusak. entah karena penggunanya yg cuek ataupun krn niat yg melatarinya sdh tak murni lagi krnNya.
agar kita lebih ikhlas membaktikan diri di jalan ini, sesibuk apapun kita, masih singel atau sdh menikah dan punya jundi/yah kah kita, ada atau tdknya orang yang memuji pekerjaan kita,
yang pada akhirnya perubahan paradigma ttg sebuah amanah dakwah semakin memantapkan diri utk mengatakan : "inilah jalanku!", "jalan dakwah dan tarbiyah!"

Jamaah dakwah bukanlah jamaah malaikat. jamaah dakwah yang kita pun berada di dalamnya, hanya sekumpulan manusia yang tak luput dari salah dan dosa, maka jangan heran, jika di tengah perjalanan kita akan mendapati kekurangan demi kekurangan tsb melekat pada pribadi saudari-saudari kita yang membersamai kita di jalan ini, begitupun kita yang hanya manusia biasa seperti mereka. entah apapun bentuk kekurangan itu jangan pernah segan utk saling mengingatkan dalam menetapi kebenaran dan kesabaran. walaupun saudari kita itu lebih tua secara umur dari kita, walau dia lebih dahulu hijrah daripada kita, walau dia 'atasan' kita dalam sebuah departemen, walau dia murabbiyah kita, atau walau dia pemimpin kita dalam jamaah dakwah tsb. dengan tetap memperhatikan adab-adab dalam bernasehat tentunya, agar kebaikan yang kita inginkan dari mereka dapat terwujudkan.
jangan krn keseganan yang tdk pada tempatnya kita justru membuat saudari kita semakin terlena dengan kekurangannya tsb.
dan juga jangan karena kita telah mendapati kekurangan tsb lantas membuat kita panik, berbalik arah lalu mundur teratur dari jama'ah dakwah ini.
jangan sampai dan jangan pernah terjadi, ukhti!

Sudah sunnatullah dalam sebuah perjalanan suatu ketika kita akan mendapati diri kita begitu lelah, letih, penat, redup, tak bersemangat, dan tak sedikit dari kitapun mendapati hati telah dihinggapi oleh berbagai macam jenis virus; entah itu virus merah jambu, virus perusak ukhuwah, virus 'akhwain', virus penyakit hati dan virus-virus berbahaya lainnya.
maka, "mari duduk sejenak utk beriman." inilah yang senantiasa diajarkan oleh sahabat mulia Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu'anhu kepada para sahabatnya.
ya, mari berhenti sejenak.
berhenti sejenak utk memuhasabah segala sesuatu yg telah kita lakukan dan apa2 saja yg akan kita lakukan kedepannya di jalan suci nan panjang ini.
berhenti sejenak utk merefresh kembali niat dalam menapaki jalan panjang berliku lagi terjal..
berhenti sejenak utk melihat kembali bekal yg masih tersisa, apakah masih cukup utk menapaki jalan panjang tak berpenghujung.
hingga suatu waktu atas takdirnya memang kita harus berhenti sebenar-benarnya berhenti.
meskipun sebenarnya kita masih sangat ingin berjalan sebab ternyata diantara sakit, lelah, penat, duka dalam menapaki jalan ini ada senyum, ada gembira, ada semangat yg senantiasa berkobar, ada ukhuwah, dan yg tertinggi ada surga yang telah dijanjikanNya bagi para pengguna jalan ini yg senantiasa berusaha utk istiqomah meski bagaimanapun kondisi yg meliputi hingga ajal menjemput..insyaAllah..

Wahai para muharrikah dakwah di lini manapun antunna berada, bersemangatlah dengan semangat yang tak pernah padam hingga akhir demi mengusung dakwah Ilallah.
bersemangatlah dengan semangat yang senantiasa menyala-nyala demi menerangi jalan dakwah ini hingga dipenghujungnya.
bersemangatlah utk tetap berjamaah di jalan cinta para pejuang dakwah kini hingga kelak dapat beristirahat dengan tenang di dalam jannahNya. "Hai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu, masuklah ke dalam jannahKu." (QS. 89 : 27-30).
Amiin Yaa Rabbal Alamin.



-------***-------
Jazaakumullahu khair atas inspirasi yang diberikan oleh beberapa orang saudari-saudari saya hingga catatan ini hadir, semoga apa yang telah tertuang dalam catatan dari hati ini dapat bermanfaat buat kita semua dan bernilai pahala di sisiNya..amiin Yaa mujibassaailiin.
Kurang lebihnya mohon diampunkan kepada Allah.
Sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah; Rabbul Izzati sedang kesalahan itu datangnya dari hamba yang dhaif dan syaithan laknatullahi'alaihi.

Negeri impian, ketika bulan masih tersenyum malu, jumadil awal 1432H.
Read more ...

Why do have to put pictures?

04 April 2011
by Inaayah 'atiqah Fathiinah on Friday, 25 March 2011 at 17:42


Hukum Memajang Foto Makhluk Bernyawa
Monday, 21 March 2011. 13:51

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Dalam berbagai hadits dilarang bagi kita untuk memajang gambar makhluk bernyawa. Gambar yang terlarang dibawa ini adalah gambar manusia atau hewan, bukan gambar batu, pohon dan gambar lainnya yang tidak memiliki ruh. Jika gambar tersebut memiliki kepala, maka diperintahkan untuk dihapus. Karena kepala itu adalah intinya sehingga gambar itu bisa dikatakan memiliki ruh atau nyawa. Agar lebih jelas perhatikan terlebih dahulu hadits-hadits yang menerangkan hal tersebut. Hanya Allah yang beri taufik.

Keterangan dari Berbagai Hadits[1]

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ

”Para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapat gambar di dalamnya (yaitu gambar makhluk hidup bernyawa)” (HR. Bukhari 3224 dan Muslim no. 2106)

Hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

نَهَى رسول الله صلى الله عليه وسلم عَنِ الصُّوَرِ فِي الْبَيْتِ وَنَهَى أَنْ يَصْنَعَ ذَلِكَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang adanya gambar di dalam rumah dan beliau melarang untuk membuat gambar.” (HR. Tirmizi no. 1749 dan beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih)

Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

أَنْ لاَ تَدَعْ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرَفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ

“Jangan kamu membiarkan ada gambar kecuali kamu hapus dan tidak pula kubur yang ditinggikan kecuali engkau meratakannya.” (HR. Muslim no. 969) Dalam riwayat An-Nasai,

وَلَا صُورَةً فِي بَيْتٍ إِلَّا طَمَسْتَهَا

“Dan tidak pula gambar di dalam rumah kecuali kamu hapus.” (HR. An Nasai no. 2031. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِي الْبَيْتِ يَعْنِي الْكَعْبَةَ لَمْ يَدْخُلْ وَأَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ وَرَأَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلَام بِأَيْدِيهِمَا الْأَزْلَامُ فَقَالَ قَاتَلَهُمْ اللَّهُ وَاللَّهِ مَا اسْتَقْسَمَا بِالْأَزْلَامِ قَطُّ

“Bahwa tatkala Nabi melihat gambar di (dinding) Ka’bah, beliau tidak masuk ke dalamnya dan beliau memerintahkan agar semua gambar itu dihapus. Beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas ssalam tengah memegang anak panah (untuk mengundi nasib), maka beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka, demi Allah keduanya tidak pernah mengundi nasib dengan anak panah sekalipun. “ (HR. Ahmad 1/365. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari dan periwayatnya tsiqoh, termasuk perowi Bukhari Muslim selain ‘Ikrimah yang hanya menjadi periwayat Bukhari)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku sementara saya baru saja menutup rumahku dengan tirai yang padanya terdapat gambar-gambar. Tatkala beliau melihatnya, maka wajah beliau berubah (marah) lalu menarik menarik tirai tersebut sampai putus. Lalu beliau bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ

“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah.” (HR. Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 2107 dan ini adalah lafazh Muslim). Dalam riwayat Muslim,

أَنَّهَا نَصَبَتْ سِتْرًا فِيهِ تَصَاوِيرُ فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَنَزَعَهُ ، قَالَتْ : فَقَطَعْتُهُ وِسَادَتَيْنِ

“Dia (Aisyah) memasang tirai yang padanya terdapat gambar-gambar, maka Rasulullah masuk lalu mencabutnya. Dia berkata, “Maka saya memotong tirai tersebut lalu saya membuat dua bantal darinya.”

Dari Ali radhiyallahu anhu, dia berkata,

صَنَعْتُ طَعَامًا فَدَعَوْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَجَاءَ فَدَخَلَ فَرَأَى سِتْرًا فِيهِ تَصَاوِيرُ فَخَرَجَ . وَقَالَ : إِنَّ الْمَلائِكَةَ لا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِيرُ

“Saya membuat makanan lalu mengundang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk datang. Ketika beliau datang dan masuk ke dalam rumah, beliau melihat ada tirai yang bergambar, maka beliau segera keluar seraya bersabda, “Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5351. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

اسْتَأْذَنَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : « ادْخُلْ » . فَقَالَ : « كَيْفَ أَدْخُلُ وَفِي بَيْتِكَ سِتْرٌ فِيهِ تَصَاوِيرُ فَإِمَّا أَنْ تُقْطَعَ رُؤوسُهَا أَوْ تُجْعَلَ بِسَاطًا يُوطَأُ فَإِنَّا مَعْشَرَ الْمَلائِكَةِ لا نَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ تَصَاوِيرُ

“Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Lalu Jibril menjawab, “Bagaimana saya mau masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu menghilangkan bagian kepala-kepalanya atau kamu menjadikannya sebagai alas yang dipakai berbaring, karena kami para malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5365. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Pelajaran:

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas, menunjukkan bahwa yang dimaksud gambar yang terlarang dipajang adalah gambar makhluk bernyawa (yang memiliki ruh) yaitu manusia dan hewan, tidak termasuk tumbuhan. Sisi pendalilannya bahwa Jibril menganjurkan agar bagian kepala dari gambar tersebut dihilangkan, barulah beliau akan masuk ke dalam rumah. Ini menunjukkan larangan hanya berlaku pada gambar yang bernyawa karena gambar orang tanpa kepala tidaklah bisa dikatakan bernyawa lagi.

Dalam hadits lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اَلصُّوْرَةٌ الرَّأْسُ ، فَإِذَا قُطِعَ فَلاَ صُوْرَةٌ

“Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya dihilangkan maka tidak lagi disebut gambar.” (HR. Al-Baihaqi 7/270. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1921)

Menghapus Gambar Makhluk Bernyawa

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Bisakah engkau jelaskan mengenai jenis gambar yang mesti dihapus?”

Syaikh rahimahullah menjawab, “Gambar yang mesti dihapus adalah setiap gambar manusia atau hewan. Yang wajib dihapus adalah wajahnya saja. Jadi cukup menghapus wajahnya walaupun badannya masih tersisa. Sedangkan gambar pohon, batu, gunung, matahari, bulan dan bintang, maka ini gambar yang tidak mengapa dan tidak wajib dihapus. Adapun untuk gambar mata saja atau wajah saja (tanpa ada panca indera, pen), maka ini tidaklah mengapa, karena seperti itu bukanlah gambar dan hanya bagian dari gambar, bukan gambar secara hakiki.” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 35)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan dalam kesempatan yang lain bahwa gambar makhluk bernyawa boleh dibawa jika darurat. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya, “Dalam majelis sebelumnya, engkau katakan bahwa boleh membawa gambar dengan alasan darurat. Mohon dijelaskan apa yang jadi kaedah dikatakan darurat?”

Syaikh rahimahullah menjawab, “Darurat yang dimaksud adalah semisal gambar yang ada pada mata uang atau memang gambar tersebut adalah gambar ikutan yang tidak bisa tidak harus turut serta dibawa atau keringanan dalam qiyadah (pimpinan). Ini adalah di antara kondisi darurat yang dibolehkan. Orang pun tidak punya keinginan khusus dengan gambar-gambar tersebut dan di hatinya pun tidak maksud mengagungkan gambar itu. Bahkan gambar raja yang ada di mata uang, tidak seorang pun yang punya maksud mengagungkan gambar itu.” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 33)

Penjelasan hukum dalam tulisan di atas semata-mata berdasarkan dalil dari sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan atas dasar logika semata. Semoga Allah menganugerahkan sifat takwa sehingga bisa menjauhi setiap larangan dan mudah dalam melakukan kebaikan. Wallahu waliyyut taufiq.


Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushsholihaat.

Riyadh-KSA, 9th Rabi’uts Tsani 1432 H (14/03/2011)
Read more ...

Awal dan Akhir


Sesuatu yg diawali dengan baik, insyaAllah akhirnya pun akan baik. Dan sangat tergantung pada sela di antara awal dan akhir tsb. Bagaimana kita menciptakan suatu kondisi yg kondusif agar sela tsb dilalui dengan baik agar mencapai akhir yang baik. Sebut saja sela itu sebagai sebuah keistiqomahan. Keistiqomahan pada sebuah proses yang baik agar awal yg baik berakhir dan diakhiri dengan baik.

Seorang ibu yang menginginkan lahir jundi/yah yang baik dari rahimnya, harus memperhatikan masa awal, sela dan akhir dari kehamilannya agar kesemuanya diawali, dijalani dan diakhiri dengan baik. Sebab dari rahim seorang ibu lah diharapkan lahir sosok muharrik/ah dakwah yang akan memperjuangkan agama Allah. Sebab dari pengasuhan yang baik dari seorang ibu lah diharapkan tumbuh sosok mujahid/ah yang rindu syahid dalam membela agamaNya.

Seseorang yang menginginkan kebaikan dalam hidup dan akhir yang baik saat kematiannya, harus mengusahakan hal-hal yang baik di awal, sela dan menuju akhir hidupnya agar hidupnya berakhir dengan baik. Walaupun tidak bisa dipungkiri akan ada saja ujian kehidupan yang menyapa setiap episode hidup kita. Tapi, disitulah Allah akan melihat sejauh mana pengakuan keberimanannya kita padaNya. Saat ujian itu datang, berusahalah untuk menghadapinya dengan sebaik-baik penyikapan dan jangan khawatir akan ada tidaknya jalan keluar dari ujian tsb, sebab bersama 1 kesulitan ada 2 kemudahan. InsyaAllah.

Setiap kita mendambakan pasangan hidup yang terbaik, tak ada salahnya hanya saja kitapun perlu menjadi calon pasangan yang terbaik bagi calon pasangan kita kelak. Bagaimana kita mengawali dengan baik sebuah niat membina rumah tangga yang samara, menjalani proses yang baik menuju walimah syar’i, melangsungkan sebuah walimah syar’i, dan tentunya berusaha menjalani dengan baik setiap tahapan dalam kehidupan baru bersama pasangan hidup yang terbaik meski setiap dari kita pasti memiliki kombinasi kekurangan dan kelebihan yang sama uniknya agar kelak rumah tangga yg dibina di dunia ini bisa langgeng hingga ke surgaNya kelak..amiin..

Begitupun dengan ikatan persaudaraan atas dasar cinta dan benci karnaNya dalam sebuah album bertema ukhuwah islamiyah. Awalilah dengan baik persaudaraan tsb, jalani dan nikmati setiap warna yang hadir dalam setiap interaksi kita dengan mereka, saudari-saudari kita di jalanNya, rasakan bagaimana warna-warni itu turut mewarnai sisi-sisi dalam hidup kita dan jangan luput untuk turut memberi warna dalam kehidupan mereka. Warna-warni yang membuat kita semakin cantik di hadapanNya. Dengan harapan di surga kelak kita termasuk hamba-hambaNya yg berada di atas dipan-dipan atau mimbar dari cahaya yang membuat iri para Nabi, Shiddiqun dan Syuhada. Amiin. Subhanallah...sungguh akhir persaudaraan yg sangat indah.

Dan masih banyak lagi fase hidup yang harus diawali, dijalani dan diakhiri dengan baik, insyaAllah agar kelak secara keseluruhan kehidupan di dunia ini dapat berakhir pada sebaik-baiknya tempat peristirahatan terakhir, tdk lain tdk bukan di surgaNya kelak...amiin.


Negeri impianku, Ahad malam 10:41pm Rabiul awal 1432 H

Read more ...

SMS gratis!

Klik di sini!
free counters