. wisecorner

HARU BIRU JALAN DAKWAH (untaian nasehat untukmu, saudariku)

19 Oktober 2010
Bismillah….
Ba’da tahmid wa shalawat
Tulisan ini hadir dari kesedihan, kemirisan, kepiluan hati melihat secara nyata realita hidup, yang mungkin dahulu hanya lewat pendengaran kisah itu mampir, tapi saat ini (sebenarnya sudah sejak lama) mata ini benar-benar melihat ‘penyakit’ itu menjangkiti mereka, saudari-saudariku. Inikah seleksi alam? Tahukah dirimu, saudariku..hati ini menangis bagai disayat sembilu melihat dirimu kini bagai orang asing, mencari-cari masih adakah bekas ilmu yang dahulu pernah kita kejar bersama. Hingga tak terasa tetes demi tetes air mata menyadarkan diri ini bahwa kini engkau telah banyak berubah, saudariku sampai-sampai hampir tak kukenali lagi.
Tulisan ini pun hadir dari ketidakberdayaan merubah takdir seorang manusia, sebab diri ini hanya manusia biasa, sebab diri ini hanya perantara, sebab hanya merekalah yang dapat merubah nasib mereka sendiri, tentunya atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. 13. 11)
Tulisan ini pun hadir bukan karena diri ini merasa paling ‘alim, paling sempurna, paling benar, paling suci. Sungguh, terlalu naïf rasanya, sebab diri ini pun hanya manusia biasa yang sama seperti kalian saudariku..memiliki segumpal daging yang dengan mudahnya berbolak-balik juga hanya manusia biasa yang tak makshum seperti Baginda Rasulullah Shalallahu’alahi wa Sallam. Tetapi, tulisan ini hadir sebab kecintaan diri ini pada kalian, saudariku.
Pun sekiranya dari setiap rangkaian kata dalam tulisan ini ada yang menyinggung hati kalian, maka bersyukurlah saudariku, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala masih menginginkan kalian untuk ‘kembali’. Oleh karena itu, tolong disikapi dengan positif, bijak, tanpa amarah. Sebaliknya jika tak ada reaksi sedikitpun dari hati kalian, justru itu yang perlu dikhawatirkan, sebab boleh jadi kesempatan itu sudah tak ada lagi. Na’udzubillahimindzalik tsumma na’udzubillahiminzalik.
Banyak hal yang mewarnai hari-hari kita semenjak Allah Subhanahu wa Ta’ala mempercayakan hidayahNya pada diri kita. Mulai dari yang manis, asam, asin bahkan pahitpun pernah kita rasakan. Tapi, itulah jalan dakwah, saudariku..sudah menjadi aksioma di kalangan pejuang dakwah bahwa jalan itu jalan yang berliku, jalan panjang yang tak berujung, jalan yang penuh dengan onak dan duri. Yang tak jarang pada saat kita berjalan bersama saudari-saudari kita, secara bergantian akan terjatuh, menangis, tersungkur, bersedih, kecewa, tertatih, berpeluh-peluh, merasa dikhianati, terseok-seok, merasa tak dihargai, terjerembab, terpaku, tersakiti, marah, letih, dan banyak hal tak mengenakkan lainnya, lantas secara spontan kita bertanya (mungkin lebih banyak hanya dalam hati) ‘sampai kapan harus begini?’ pertanyaan retoris, tak memerlukan jawaban, sebab kita bukannya tidak tahu kalau hal-hal seperti itulah yang akan kita rasakan ketika kita berazam untuk turut dalam sebuah kafilah dakwah. Benarkan, saudariku? Tetapi, jangan pernah berkecil hati, sebab gambaran jalan dakwah tidak hanya yang seram-seram seperti yang sudah disebutkan. Ternyata ada sisi lain dari jalan tersebut yang mungkin tidak semua dari kita bisa langsung merasakannya atau seiring dengan berjalannya waktu kita akan merasakannya. Dan ‘rasa’ itu sejalan dengan kondisi keimanan kita. Manakala keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari Akhir baik, maka ‘rasa’ itu semakin indah dalam hati kita, sebaliknya jika kondisi keimanan kita sedang down, maka sekonyong-konyong kita ingin segera menjauh dari jalan ini. Seperti itukah yang engkau rasakan, saudariku? Mengutip syair sebuah nasyid yang berjudul ‘Sekeping Hati’ :
Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalan nan sepi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang
Tapi jalan kebenaran tak akan selamanya semu
Ada ujian yang datang melanda
Ada perangkap menunggu mangsa
Akan kuatkah kaki yang melangkah
Bila disapa duri yang menanti
Akan kaburkah mata yang menatap
Pada debu yang pasti kan hinggap
Berharap senang dalam berjuang
Bagai merindu rembulan di tengah siang
Jalannya tak seindah sentuhan mata
Pangkalnya jauh ujungnya belum tiba
Di awal hijrah..semuanya terasa indah dalam pandangan dalam khayalan lantas terpatri menjadi sebuah himmah ‘aliyah, sehingga tak sedikit kerja-kerja dakwah, musyawarah, mabit sana-sini terselesaikan dengan mudahnya tak terasa sebagai beban juga tak sedikit ‘taman-taman syurga’ yang kita singgahi untuk mencash ruhiyah, mengembangkan diri, melepas lelah serta membina ukhuwah islamiyah di dalamnya. Hingga wujud juga sikap kita pun berubah, bagai seekor kepompong lusuh yang bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang cantik di mata Allah juga di mata saudari-saudarimu. Tapi, tak sedikit orang yang tak menyukai perubahan kita, saudariku. Ada yang mencemooh, mengatakan kita berlebihan, kuno, jadul, Islam garis keras, fanatik bahkan bukan hanya kata, sebagian dari mereka (dan yang menyedihkan mereka adalah orang tua kita) tidak segan-segan memerintah kita berbuat maksiat kepada Allah, memboikot, mengancam untuk tidak lagi membiayai kuliah kita semata-mata agar kita meninggalkan jalan dakwah. Tetapi itu tak menciutkan nyali kita, tak menyurutkan langkah kaki kita, tak membuat kita gentar, bahkan membuat kita semakin kukuh berazam meski akhirnya menjadi golongan minoritas dalam keluarga sendiri. Hingga lambat laun atas izin Allah, keluarga kita mendukung keterlibatan kita dalam dunia dakwah. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan Semesta Alam. Seperti itukah yang engkau rasakan, saudariku?
Kebersamaan dengan akhwaatfillah menjadi penghibur hati, penambah semangat. Sejenak melupakan masalah bahkan lewat kebersamaan itu kita mendapatkan solusi mengatasi masalah yang sedang kita hadapi. Namun, sudah sunnatullah dalam kehidupan berjamaah sudah pasti akan terjadi gesekan-gesekan mulai dari yang halus bisa diatasi sampai yang kasar membuat kita mengurut dada lantas bertanya (masih lebih sering dalam hati) ‘seperti itukah seorang akhwat?’, menitikkan air mata, menjauh selangkah demi selangkah hingga pada akhirnya tak pernah tampak dalam jamaah. Seperti itukah, saudariku? Pernahkah kita berpikir bahwa saudari kita juga manusia biasa layaknya kita, tak luput dari salah, meski ia lebih tua dari kita, lebih dulu hijrah daripada kita, lebih tinggi amanahnya dibanding kita, tapi dia tetaplah seorang manusia yang butuh untuk di nasehati jika di mata kita dia lalai, jika dia melakukan kemungkaran, jika dia berlebihan dalam tutur maupun sikap. Tentunya ketika kita menjadi orang yang menegur ataupun yang ditegur harus menyadari bahwa tidaklah sesuatu itu terjadi melainkan telah diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu sesuai dengan kadar keimanan kita, sebab tidak mungkin Allah memberikan ujian diluar batas kemampuan kita. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….”. Maka berlapangdadalah, “fashbir sabran jamilan” , berbaik sangka kepada saudarimu, mengembalikan makna perkataannya kepada makna yang terbaik (seperti ini kan kaidah yang diajarkan dalam tarbiyah-tarbiyah kita, saudariku?). Lantas sampaikanlah apa yang menjadi kegundahan hatimu kepada orang yang dipercaya dapat membantumu memberikan solusi atas masalah yang sedang kau hadapi, bukan berlari atau mundur teratur dari jamaah, enggan untuk bertemu dengan akhwat yang dahulu menjadi teman dalam ‘perjalanan’ hingga tanpa merasa berdosa kepada Rabb semesta alam, engkau ‘rela’ menanggalkan idealisme yang telah kita ilmui kewajibannya juga akibat yang ditimbulkan bila melanggarnya. Subhanallah…kenapa harus seperti itu, saudariku? Kenapa ‘hanya’ karena ketersinggungan lantas engkau tega merusak dirimu sendiri? Padahal segala sesuatunya masih bisa dibicarakan baik-baik, masih bisa dicarikan solusi yang terbaik, masih ada jalan untuk memperbaiki setiap kesalahan yang telah diperbuat saudarimu, saudariku. Padahal hidayah itu begitu susah payah engkau dapatkan, pertahankan..hingga (sekali lagi) ‘hanya’ karena ketersinggungan engkau begitu tega melepaskan semuanya, bagai debu diterbangkan angin. Sungguh hati dan pikiran ini sampai detik ini masih terus bertanya, “dimanakah ilmu yang selama ini (bertahun-tahun) kita tuntut, saudariku? Apakah tak ada bekasnya sama sekali? Apakah tak ada yang tersisa walau sedikit? Apakah tak ada sedikitpun yang sanggup menjadi antibodi bagi virus-virus kefuturan? Dan apakah engkau tak takut akan azab Allah atas apa yang telah engkau perbuat hari ini sedang engkau mengetahuinya, saudariku? Tak takutkah engkau atas pertanggungjawaban ilmu yang engkau miliki kelak di hadapan Allah?”. Subhanallah..tubuh ini bergidik memikirkan semua itu, saudariku. Ampuni kami Ya Rabb.
Ujian lain yang menghiasi perjalanan dakwah ini adalah virus merah jambu yang tak luput dari hati-hati kita, saudariku. Bahkan godaan syaitan lebih dahsyat dengan melabelinya dengan label ‘dakwah’ ataupun ‘Islami’. Ini bukan kasuistik, saudariku, ini sebuah fenomena. Fenomena yang sangat mengenaskan. Yang banyak menjadi sebab bergugurannya saudari-saudari kita. Saudariku, apa yang engkau ragukan? Janji Allah itu pasti datangnya. Ketika Dia mengatakan, “…dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…..”, maka yakinlah Allah telah mempersiapkan jodoh terbaik untuk menjadi pendamping kita mengarungi perjalanan panjang nan suci menuju JannahNya, menjadi teman sejati di jalan cinta para pejuang dakwah, menjadi patner dalam urusan-urusan dakwah. Tidakkah itu sesuatu yang indah, saudariku? Lantas kenapa kita masih ragu, saudariku? Kenapa kita tidak mau sedikit saja bersabar menunggu waktu yang tepat agar semuanya mejadi indah pada saatnya dengan ridhoNya? Kenapa kita nekat mengambil jalan pintas? Bahkan tidak sedikit yang mengambil kesempatan dari interaksi dengan ikhwah, padahal kita adalah orang yang paham akan bagaimana seharusnya menjaga hubungan dengan lawan jenis terutama ikhwah yang begitu sensitif dengan keberadaan kita, saudariku. Meski berjauhan, meski lewat dunia maya (jejaring sosial dan semacamnya), meski lewat media elektronik, sungguh tak ada celah, saudariku..hijab mesti tegak dimanapun interaksi itu terjadi, sebab bukan tidak mungkin syaitan memainkan perasaan kita di dalamnya. Dan ketika hal itu telah terjadi, rasa malu hilang lenyap ditelan ‘kebahagiaan’ semu. Cukuplah hadits ini menjadi nasehat buat kita semua, saudariku. Dari Abi Mas'ud al-Badri radhiallâhu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Sesungguhnya diantara ucapan kenabian pertama (Adam) yang didapat oleh manusia adalah: 'jika engkau tidak merasa malu maka perbuatlah apa yang engkau inginkan' ".(H.R.Bukhari). Tetapi, sadarkah engkau, saudariku bahwa Allah Rabb semesta alam cemburu melihat perbuatanmu sembunyi-sembunyi bermesraan dengan kekasih gelapmu. Laki-laki yang belum sedikitpun halal untuk kau perhatikan sedemikian dekatnya layaknya seorang istri kepada suaminya, belum sedikitpun halal untuk kau sapa dengan sebutan: sayang, cinta, abi, dan sebutan manja lainnya, belum sedikitpun halal untuk kau titipkan rasa cinta yang suci, belum sedikitpun halal untuk kau titipkan harapan-harapanmu akan masa depanmu. Belum halal, saudariku dan jangan coba-coba bermain api di wilayah ini, sungguh sangat berbahaya, saudariku. Kasihanilah dirimu, saudariku. Sedikit atau banyaknya tetap mendapat balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan kau rusak perjalanan hidupmu dengan catatan-catatan keburukan, sebab sejarah tak bisa dihapus, dia akan terus menjadi bayang-bayang dalam kehidupanmu. Jangan sampai sesal selalu terselip dalam hati, dalam lisan juga dalam pikiranmu.
Ternyata ujian keimanan itu tak datang dari tempat yang jauh, tetapi justru datang dari dalam diri kita sendiri. Ujian keimanan itupun selalu sebanding dengan kadar keimanan kita; tidak pernah melebihi, ujian itu untuk menguji seberapa besar pengaruh ilmu syar’I yang telah kita tuntut dan ujian itu belum sampai menuntut kita untuk mengorbankan harta bahkan nyawa kita.
Saudariku, semoga untaian nasehat ini bermanfaat terutama bagi diri ini juga untukmu saudariku. Mohon diampunkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk setiap kata yang tak berkenan di hati. Segala yang benar datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang salah datangnya dari diri ini yang dhaif dan syaithan la’natu’alaih. Uhibbukifillah.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS. 103:1-3)
Read more ...

Gandeng Tanganku Menuju JannahNya

04 Maret 2010
(sebuah essay cinta untuk zaujiku, H.M. Basran, Lc…insyaAllah^^)

Untuk kesekian kalinya titik-titik air yang membasahi bumi menemani kesendirian malam ini. Tak terasa sudah 126 hari menjalani keseharian hidup tanpanya yang saat ini tengah menyelesaikan kuliahnya di negeri para Nabi, Madinah. Jangan tanyakan sebesar apa rasa rindu yang tersimpan untuknya. Rindu yang tak dapat dirangkaikan lewat kata, tak dapat dilukiskan lewat apapun juga tak dapat dibandingkan dengan apapun. Sebab rindu ini, rindu yang teramat sangat.

Rabb…dirinya adalah anugerah terindah dalam hidup ini. Tidak pernah terbayang sebelumnya akan mendapatkan seorang zauji seperti beliau, bahkan mendambakannya pun tak pernah. Sebab, siapalah diri ini…tak seperti akhwaatfillah yang lainnya…muharrikah sejati. Tanpa menafikan sisi kemanusian beliau, yang juga tak luput dari khilaf, yang juga punya kekurangan. Tetapi…Subhanallah! Semuanya tertutupi oleh ilmu juga akhlak yang menjadi perhiasannya. Bukan hanya pada diri ini juga pada yang lainnya terlebih kepada kedua orang tua kami.

“Ummi…jauhnya perjalanan bukan sebab ‘tuk mengeluh. Beratnya beban bukan sebab ‘tuk menyerah dan Abi tahu Ummi adalah pilihan Allah dari atas langit ketujuh, maka kalimat syukur terucap selalu”. Subhanallah! Begitu menyejukkan, menentramkan, memberi semangat baru setiap kali membaca pesan singkat yang rutin dia kirimkan.

Subhanallah! Tak pernah sedikitpun terbersit penyesalan mengatakan siap untuk menjalani kehidupan yang baru bersamanya. Justru sebaliknya, menyesal kenapa tidak sedari dulu. Subhanallah! Rencana-Nya sungguh teramat indah. Indah pada waktunya. Bahagia merayakan cinta…cinta yang tak kan lekang oleh waktu...bersamanya, Zaujiku.

Rabb…izinkan diri ini dalam penantiannya terus berhias dengan ilmu juga akhlak yang mulia, menjaga diri sebagaimana beliau, hingga tiba masa dimana Engkau akan mempertemukan kami kembali dalam keridhoan-Mu.

Rabb…izinkan diri ini menjadi pendampingnya dalam menapaki jalan dakwah, jalan yang panjang penuh liku, menjadi bagian dari perjuangan menegakkan Khilafah Islamiyah...menjadi oase di tengah keluarga...memberikan yang terbaik u/ Dienullah...yang berujung pada kebahagiaan hakiki. Zaujiku…gandeng tanganku menuju Jannah-Nya


Rumah biru, di penghujung Januari 2010. Dalam sepi menanti kedatangan zauji tercinta.
Read more ...

akhirnya....^^

29 Mei 2009
Rabu, 270509...
Akhirnya...penggalan kisah tanpa judul itu berlanjut (masih ingat judul postingan "penggalan kisah tanpa judul"?)...^^
Akankah happy ending??? I wish my story will be continue...^^ only could pray..pray n pray...
Read more ...

assalamu'alaikum dunia^^

Read more ...

sandal...siapa mau???

Read more ...

Suatu hari di OK LB....

28 Mei 2009

Senin, 25 Mei 2009....
Pukul 07.30 teng (waktu LB, sempat-sempatnya kulirik jam dinding tepat di depan tempat registrasi pasien)...Alhamdulillah, ucapku dalam hati plus senyum 225. Dikepalaku, secepatnya aku harus sampai di lantai 2 OK sentral untuk mengganti pakaianku dengan seragam biru-biru lengkap dengan topi, masker dan sederet alat tulis-menulis yang pasrah terjejer di saku bajuku khas coass anestesi banget yang 'nongkrong' di OK. Ini adalah hari pertamaku dinas di 'luar negeri' (istilah pakem yang digunakan ketika sang coass sedang bertugas di luar RSWS, baca RS Wahidin Sudirohusodo) tepatnya di RSUD Labuang Baji yang akrab disapa LB (entah siapa yang memulainya)..so, mengambil istilah kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda, maka hari ini aku ga boleh telat alias mesti sudah stand by di OK before the first operation in began..betul..betul....
Kabarnya hari ini ada 14 OK. Subhanallah...beri hambaMu kekuatan ya Rabb....

Pukul o8.00 lebih dikit, waktu LB....
Operasi pertama dimulai...diagnosis struma noduler rencana tindakan strumektomi...awal yang baik...tapi 15 menit kemudian operasi kedua mulai...diagnosis NOK + amonere primer ec. ??? rencana tindakan kistektomi...masih bisa di atasi...di tengah perjalanan kedua operasi tsb yah kira-kira 1 jam kemudian, 1 pasien diantar ke OK 3...artinya operasi ke 3 bakal dimulai...pasien dengan tumor regio maxilla sinistra susp. hemangioma...yang ini biarlah minggu senior yang pegang...soalnya OK 3 ini OK tanpa monitor (EKG, vital sign plus saturasi O2 nya), but the show must go on...dan dimulailah operasi itu dengan tensi manual di kaki per palpasi a. dorsalis pedis per 5 menitnya lengkap dengan jumlah nadinya. Beres.
Operasi demi operasi pun berlanjut dan tanpa terasa 2 kaki dan pinggang ini telah begitu teramat pegal terlebih lagi tenggorokan ini...masyaAllah haus yang teramat bagai sedang berpuasa...awalnya masih bisa menahan...bertahan..ditahan-tahan...tapi akhirnya jebol juga...aku segera ambil langkah seribu menuju dapur yang letaknya hanya beberapa meter dari OK 1 yang hanya dipisahkan oleh sekat dari kaca bening. 1 yang pasti, aku harus segera menemukan sumber mata air karna jika tidak, maka bisa jadi aku lah pasien berikutnya yang butuh resusitasi cairan. Dibantu oleh seorang perawat seinor, aku mencari dimana gerangan sumber mata air itu...masyaAllah kosong...tak ada satupun...galon di ruangan itupun telah tandas airnya sejak beberapa hari yang lalu alias ga pernah ada isinya. Nelangsa iyah...tapi subhanallah...shadaqallahu..."But lo! with hardship goeth ease, lo! with hardship goeth ease." memang nyata adanya...seperti pada kisahku ini...Allah kemudian mendatangkan perantara seorang perawat yang usianya telah lanjut dengan serta-merta berkata, "ada air ku, dok..tapi mauji ki'minum?"tanya nya tanpa basa-basi...subhanallah...belum kuteguk saja, rasa-rasanya dahagaku telah hilang.... Perawat itu pun memberikan botol air minumnya yang sudah memudar warnanya (mungkin itu maksud dibalik pertanyaannya tadi, "...tapi mauji ki'minum?") dengan senyum yang benar-benar tulus. Serrrrr....hati ini berdesir...subhanallah...2 jempol...4 sekalian buat ibu ini.... "Bu, boleh saya minum semuanya?" pintaku. "Minum meq, dok...saya sudah minum tadi, teh 1 gelas, saya memang selalu bawa air minum dari rumah." katanya sambil tersenyum...senyum yang benar-benar tulus. Alhamdulillah..."makasih, bu...insyaAllah besok saya ganti." kataku. "Tidak usahmi, dok..tidak apa-apa." lanjutnya seraya berlalu dari dapur kembali bertugas di OK.
Ya..Rabb, aku jadi teringat tentang kisah 3 orang sahabat di perang Badar yang kehausan dan ingin sekali minum, tapi ketiganya saling mendahulukan saudaranya yang lain, hingga tak satupun minum lalu syahid dalam keadaan haus....
Lagi-lagi...rasa haru menyeruak dalam hati bak bunga yang sedang bermekaran...Ya Rabb...1 lagi kemudahan Engkau berikan kepada hamba lewat perantara hambaMu yang lain... Dalam hati aku bertekad untuk menggantikan minum yang telah diberikan oleh ibu tadi. Tak lupa sebait do'a untuknya agar Allah memberikan pahala yang setimpal dengan kebaikan juga ketulusan beliau. Amiin ya Rabb.
Read more ...

my 1st day was on duty at ICU....

26 Mei 2009
Ini kali pertama aku dapat kebagian jaga di ICU RSWS...di minggu ketiga stase anestesi. tapi sekarang aku lagi standby di ruang hemodialisa (HD) menemani 1 orang pasien dari ICU yg sedang menjalani HD. Di ruangan ini, dari 21 tempat tidur pasien (bed) yang disediakan, yang kosong bisa dihitung hanya dengan 5 jari. Yah..artinya cukup banyak pasien yang sore ini sedang menjalani HD dan yang pasti 50% dari para pasien tersebut adalah pelanggan tetap HD (paling sedikit 3 kali dalam sepekannya).

Ekspresi mereka beragam. Ada yang sambil bersenda gurau bersama keluarganya; ada yang terkulai lemas memandang dengan tatapan kosong ruang di sekelilingnya sambil sesekali merintih kesakitan; ada pula yang tak berekspresi sama sekali, diam dengan mata tertutup 'menikmati' proses HD yang merupakan rutinitasnya.

Ada sesuatu yang menarik dari bed 4 di sebelah kananku. Di bed itu, seorang nenek kira-kira 60 tahunan dengan nasal kanul di hidungnya sedang menjalani proses HD ditemani oleh seorang laki-laki yang sebaya atau mungkin lebih tua darinya, pikirku mungkin laki-laki berpeci hitam itu adalah suaminya. Hal menarik buat aku adalah betapa setianya kakek itu mendampingi istrinya yang sedang di HD (HD itu lamanya 4jam-an). Sesekali si kakek mengusapkan minyak kayu putih di kaki juga jidat si nenek, memberi minum juga cemilan. Mereka hanya berdua tanpa anak ataupun cucu yang menemani. Rasa haru lantas menyeruak dalam dada ini...banyak pertanyaan yang berlalu lalang dalam pikiranku...(teringat ayah juga bunda yang saat ini pun telah lanjut usianya) hatiku bergumam "setega itukah sanak keluarga kakek-nenek itu?" tapi cepat-cepat kuhalau dengan lebih dari 1 husnudzon...huhhfff...astagfirullah.

Jam di ruangan ini menunjukkan pukul 17.30 wita...kira-kira masih 1 setengah jam lagi aku standby di ruangan ini. Dalam diam banyak syukur yang teruntai (masyaAllah nikmat sehatMu teramat mahal ya Rabb), banyak harap yang terpanjatkan padaNya. Sungguh..hidup dengan segala pernak-perniknya adalah nikmat sekaligus ujian buat diri-diri kita.
Read more ...

Ketika Saat Itu Tiba....

05 Mei 2009

Kelak, disuatu hari...

Kita semua akan dikumpulkan oleh Allah di Yaumul Hasyr...

Kita akan bertemu Rasulullah dan para sahabatnya serta Ummul Mukminin...

Kita akan bertemu para syuhada dan orang-orang shaleh sepanjang masa...

Kita akan bertemu dengan saudara-saudara kita dari Palestina, mujahidin Afghan, pejuang-pejuang Islam di Chechnya, Moro, Irak dan seluruh belahan dunia...

Kita akan berjumpa dengan anak-anak Palestina pelempar batu yang sangat ditakuti oleh Israel...

Kita akan bertemu dengan ibu-ibu Palestina yang tidak henti-hentinya melahirkan para mujahid...

Lantas Rasulullah pada hari itu akan sangat bangga pada ummatnya...

Lalu...bagaimana dengan kita ketika saat itu tiba...???

Tentu kita ingin ikut bersama rombongan Rasulullah...

Tetapi..mungkin kita akan malu...

Karena mereka kurang mengenali kita sebagai ummat Muhammad, sebab minimnya identitas dan tanda-tanda keislaman kita...

Terpikirkah tentang ini olehmu duhai sahabat?!


Kalau hari ini kau temui dirimu sebagai seorang muslimah pemalu, sebagai wanita-wanita mahal...

Jika hari ini kita memeluk tarbiyah dengan erat, lalu ada amanah bersama kita...

Jika hari ini kita adalah seorang aktivis, da'iah, para pelaku da'wah, penyeru kebaikan dan pengusung shahwah...

Jika kau jumpai dirimu sebagai seorang murabbiyah, seorang pemimpin..maka tersenyumlah dengan semua itu...

Berbanggalah karena mungkin dengan itulah mereka akan mengenali kita...

Rasulullah pun tersenyum pada kita, lalu mengajak 'tuk singgah di telaganya yang tenang..itulah telaga Al-Kautsar.....

Jazakillah khair saudariku...semoga Allah memudahkan segala urusanmu^^



Read more ...

Senyum^_^

29 April 2009

Senyum….^_^

Perlukah satu sebab untuk menyunggingkan sebuah senyuman?

Meski di tengah kedukaan yang sangat….

Meski diri tengah bergulat dengan banyak masalah….

Meski hati bagai serpihan kaca....

Meski raga begitu lelah dengan aktivitasnya....

Meski airmata belum lagi kering....

Meski setelahnya belum tentu lebih baik dari sebelumnya....

Meski perlakuan pun perkataan kerap menyakiti hati....

Meski jiwa ini jenuh dengan dunia yang semakin hari semakin menyedikan

Buat aku, untuk tersenyum...tidak butuh satu alasan...

Sebab senyum adalah sedekah yang paling mudah....

Sebab senyum adalah penawar luka....

Sebab senyum adalah penghibur hati....

Sebab senyum adalah semangat baru untuk menatap masa depan....

Sebab senyum adalah aliran kesejukan darinya untukmu, saudariku....

Sebab senyumku karna Allah....

Bahkan dengan satu senyuman kita justru membutuhkan banyak kata untuk menterjemahkannya....percaya?^_^

Yang jelas...siapapun itu...nenek-nenek ompong sekalipun...kalo dah senyum...masyaAllah...hati rasanya gimanaaaa gtu....^_^

Itulah arti senyum buat aku...

Bagaimana dengan kamu???


Senyumlah...
niscaya akan cerahlah dunia...
niscaya akan hilanglah kabut penghalang...
niscaya akan terentang jalinan indah...jalinan ukhuwah diantara kita menuju RidhoNya.
Senyumlah...
dengan segenap jiwamu...
dengan sepenuh hatimu...
Semoga Allah memberkahi senyum ikhlasmu itu.
Rasulullah bersabda :"sedekah tidak harus dengan harta berlimpah, sedekah tidak mesti dalam jumlah yang besar, senyuman ikhlas dan membahagiakan tiap orang yang melihatnya juga dapat dinilai sebagai sedekah dari pemiliknya."
Senyumlah saudariku...
cerahkan wajahmu dengan senyum itu...
hadapi saudarimu yang lain dengan wajah bersinar...
dengan senyum manismu yang menyejukkan jiwa...
semoga Allah mempererat jalinan ukhuwahmu dengannya....^_^

Read more ...

Cinta Bukanlah Karena, tapi Cinta Adalah Walaupun

22 April 2009
Karena Cantik,
Karena Harta,
Karena Tahta,
Itu Bukanlah Cinta..

Karena dia baik,
Karena dia perhatian,
Karena dia juga cinta,
Itu Bukanlah Cinta..

Karena..karena..karena..it
u bukan cinta!

Cinta adalah walaupun
Walaupun dia bukan siapa-siapa
Walaupun dia tak punya apa-apa
Walaupun dia tak balas cinta

Walaupun.. walau apa pun..
Kita masih tetap cinta..
dan selamanya akan memberi cinta..


note : puisi karya TS dr. Irwan Ashari


Read more ...

Isyarat

Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang menyimak sebuah suara. "Ting...ting...ting! Ting...ting...ting!" Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satu pun yang pas jadi jawaban.

"Itu suara pedagang bakso keliling, Nak!" suara sang ibu menangkap kebingungan anaknya. "Kenapa ia melakukan itu, Bu?" tanya sang anak polos. Sambil senyum, ibu itu menghampiri. "Itulah isyarat. Tukang bakso cuma ingin bilang, 'Aku ada di sekitar sini!" jawab si ibu lembut.

Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan. "Teeet...teeet....teeet!"

Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak tampak didorong seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi, anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak sesuatu pun yang menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. Sember lagi!

"Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun cuma ingin mengatakan, 'Aku ada di dekatmu! Hampirilah!" ungkap sang ibu lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. "Kok ibu tahu?" kilah si anak lebih serius. Tangan sang ibu membelai lembut rambut anaknya.

"Nak, bukan cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu. Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu!" ucap si ibu penuh perhatian. **

Di antara kedewasaan melakoni hidup adalah kemampuan menangkap dan memahami isyarat, tanda, simbol, dan sejenisnya. Mungkin, itulah bahasa tingkat tinggi yang dianugerahi Allah buat makhluk yang bernama manusia.

Begitu efesien, begitu efektif. Tak perlu berteriak, tak perlu menerabas batas-batas etika; orang bisa paham maksud si pembicara. Cukup dengan berdehem 'ehm' misalnya, orang pun paham kalau di ruang yang tampak kosong itu masih ada yang tinggal.

Di pentas dunia ini, alam kerap menampakkan seribu satu isyarat. Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, tanah yang bergetar kuat, cuaca yang tak lagi mau teratur, angin yang tiba-tiba mampu menerbangkan rumah, dan virus mematikan yang entah darimana sekonyong-konyong hinggap di kehidupan manusia.

Itulah bahasa tingkat tinggi yang cuma bisa dimengerti oleh mereka yang dewasa. Itulah isyarat Tuhan: "Aku selalu di dekatmu, kemana pun kau menjauh!"

Simak dan pahamilah. Agar, kita tidak seperti anak kecil yang cuma bisa bingung dan gelisah dengan kentingan tukang bakso dan klakson pedagang sate ayam.

(muhammadnuh@eramuslim.com)

Read more ...

yang datang..yang pergi..

19 April 2009
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. 3 : 185)

hidup dan mati...sesuatu yang tak dapat terpisahkan, terelakkan, tergantikan, oleh apapun, siapapun dimanapun itu meski dalam benteng yang kokoh sekalipun...
"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh...." (QS. 4 : 78)

keduanya datang dan pergi silih berganti...suatu ketika ada yang datang membawa keceriaan dalam sebuah komunitas...di lain waktu entah kapan namun pasti yang datang itupun pasti pergi...jauh...sangat jauh tak terjangkau oleh apapun...sebab dia telah kembali ke hadirat Allah 'Azza wa Jalla.

kematian adalah sebuah konsekuensi dari kehidupan, bila siap hidup maka harus siap untuk mati, tapi jangan pernah berpikir untuk mati konyol, maksudnya mati tanpa mempersiapkan bekal yang cukup, hanya sekedar saja.

tapi adakah kita sadari bahwa sebenarnya detik demi detik yang Allah percayakan pada diri kita adalah ladang tempat kita menuai benih lantas memanennya kelak wajah penuh suka cita...sebab pada akhirnya kita menjadi bagian hamba-hambaNya yang layak menghuni JannahNya...semoga...yah semoga itu adalah aku, kamu, dia, mereka...kita semua.
Al Baqarah 25"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya" (QS. 2 : 25)
Read more ...

Menikahi orang yang dicintai atau Mencintai orang yang dinikahi....

Suatu kali seorang teman bertanya kepada saya:
  1. Menikah dengan orang yang kau cintai?
  2. Mencintai orang yang kau nikahi?
Mana yang kau pilih?
Saat itu spontan saya memilih yang kedua: mencintai orang yang saya nikahi (menikahi saya).
"Kenapa?"
Hhm… iya ya, kenapa?
Belum ada hak atasnya, bagaikan menggenggam bara. Jika Allah berkenan menjadikannya pendamping seumur hidup, maka bara itu akan menjelma menjadi energi untuk meciptakan kebersamaan yang indah. Tetapi, jika Allah tidak berkenan mempersatukan, bara itu akan membakar, dan bisa jadi menghanguskan diri sendiri.

Lebih dari itu, pilihan kedua rasanya lebih aman dari berbagai penyakit hati, yang bisa jadi mengotori niat suci menikah karena Allah.

Itu jawaban saya saat itu. Tetapi,beberapa jenak setelah itu, saya termenung, mencoba berfikir lebih dalam dan menyelami jauh ke dalam lubuk hati. Lalu, saya pun meneruskan pertanyaan itu ke temen saya yang lain.

Dan dia menjawabnya sama dengan jawaban saya. Tetapi, saya ragu atas jawaban itu,benarkah begitu?

Pilihan pertama, menikah dengan orang yang saya cintai, mengalirkan energi dan semangat untuk meraih sesuatu yang menjadi dambaan hati. Dan tentu adalah hal yang sangat menyenangkan bisa berdampingan dengan orang yang dicintai, tidak ragu mengumumkannya kepada public, tidak malu mengekspresikannya, sebab cinta itu sudah dilegalkan.

Pilihan kedua, mencintai orang yangsaya nikahi, hhmm… pasrah, menerima nasib. Ah tidak, saya menterjemahkannya menjadi bentuk syukur kepada-Nya. Sebab apa yang telah Allah pilihkan untuk kita, tentu itulah yang terbaik. Maka, kenapa tidak memaknai rasa syukur itu dengan mengupayakan cinta, menumbuhkan dan merawatnya.

Bukankah jika saat ini saya mencintai seseorang (padahal belum ada hak saya atasnya), itu tidak tumbuh begitu saja? Ada masa-masa, ada hal-hal, ada peristiwa yang membuat saya mencintainya. Lalu, kenapa hal-hal itu tidak bisa ditumbuhkan kepada orang yang sudah Allah pilihkan untuk saya?

Tetapi, sekali lagi, betapa menyenangkan jika yang pertamalah yang menjadi pilihan, menikah dengan orang yang saya cintai, sebagaimana Fathimah yang menikah dengan Ali, sebagaimana Khadijah yang menikah dengan Muhammad.

Tetapi, kalaupun akhirnya Allah memilihkan orang yang lain, maka pilihan kedua pun bukan hal yang tidak menyenangkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Sebab cinta memang harus diupayakan.

Bagaimana dengan anda? Apakah akan menikah dengan orang yang anda cintai, atau akan mencintai orang yang anda nikahi?

-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dialog hati awal Ramadhan. Aku ingin mewujudkan pilihan pertama, tetapi andai Allah tak berkenan, semoga Ia memberi energi untuk mengupayakan pilihan kedua. http://izti79.blog.friendster.com/2006/09/sebab-cinta-memang-harus-diupayakan/
Read more ...

penggalan kisah tanpa judul

17 April 2009
Kemarin malam hp ku berbunyi..ada sms masuk..sms dari murabbiyahku, Ummu Usamah. "Bagaimana kabar, Syifaa? Coass dibagian apa sekarang?" begitu isi smsnya. Tak terasa mata ini basah oleh airmata..dalam diam aku menangis..ada rasa kangen yang teramat yang begitu saja mengisi hati. "Assalamu'alaikum, Ummi..kangenku sama kita'. Mau crita sama kita'. Ummi, do'akan saya yah." itu pesan balasanku. Lantas beberapa menit kemudian hpku berbunyi lagi, sms balasan lagi dari Ummi.."Kapan Syifaa ada waktu? Ummi minta biodatanya yang lengkap." Dahiku berkerut, tapi senyum dibibir tak urung mengembang..hmmm..what's going on? tanyaku dalam hati. Bakal ada sesuatu yang mengejutkan kah? Sms Ummi tak kubalas..bingung..lho??

Esoknya..ketika sedang istirahat di tengah dinas di Bagian Forensik, hpku berbunyi lagi, kulihat ternyata ada sms masuk..dari Ummi.."Kenapa sms Ummi yang semalam tidak dibalas?Ummi juga sdh lama mau ketemu sama Syifaa." Aku nyengir. Segera kubalas sms Ummi dan memastikan bahwa sore ini aku bakal ke rumah beliau sambil membawa biodata.

Sorenya, ba'da Ashar, aku dan seorang temanku berangkat ke rumah Ummi. Sesampai di sana, banyak cerita mengalir antara aku dan Ummi..ah Ummi jadi ingat ketika masih menjadi bagian dari liqo'tarbiyah Ummi. Sambil cerita, aku sambil menulis biodata yang (hehehe) tak sempat aku tulis di rumah tadi.

Hmmm...no coment deh masalah biodata..aku cuma berharap dan berdo'a (Subhanallah..di ba'da Ashar hari Jum'at) semoga jika memang ini yang terbaik..semoga dimudahkan olehNya..amiin....

Ini hanya sebuah penggalan kisah..boleh jadi kisah ini akan berlanjut..boleh jadi pula kisah ini akan berhenti pada bagian ini..apapun yang terjadi..kisah ini tetap menjadi sebuah pengamalan berharga buat hati ini.
Read more ...

Tak ada yang abadi

14 April 2009

Tak ada yang abadi. Setiap yang hidup pasti akan mati, dengan cara apa pun itu sesuai dengan apa yang telah Sang Khalik gariskan bagi semua hamba-hambaNya. Maka tak ada manusia yang abadi. Walaupun dengan teknologi semodern apa pun untuk mengusahakan keabadian itu, hingga detik ini pun kelak hingga kiamat yang telah dipastikan akan datang, tak ada manusia yang abadi. Tak ada dan tak akan pernah ada.


Tak ada yang abadi. Hidup yang kita jalani seperti sebuah siklus yang senantiasa berulang dari hari ke hari. Meski berulang, tapi setiap aktivitas yang kita lakukan tak akan pernah abadi. Penyebabnya beragam, entah bosankah, ada aktivitas yang lebih urgent, tersita oleh aktivitas lain yang memakan banyak waktu, tergantikan oleh aktivitas lain yang lebih menarik, mungkin?, memberikan efek samping yang buruk buat diri kita, lupa (mungkinkah sesuatu yang rutin akan dilupakan?), atau dihentikan oleh sebuah kematian. Beragam kan?

Tak ada yang abadi. Pergantian siang dan malam. Metamorfosis seekor ulat menjadi kupu-kupu dengan sayap yang elok. Daun-daun yang berguguran satu demi satu. Dan suatu ketika cuaca boleh panas tapi dilain waktu, lihatlah tanah-tanah berdebu itu telah basah oleh hujan, seperti hari ini dan kemarin. Sebab tak ada yang abadi.

Seperti yang terjadi pada diri ini. Tak ada yang abadi. Mulai dari fisik yang berubah seiring berjalannya waktu, ruhiyah yang setiap detik bahkan bisa berubah, sifat yang melekat padanya, rasa yang mewarnai hati juga hari-harinya, pakaian yang menutupinya, orang-orang yang hilir mudik di sekitarnya, aktivitas yang dia lakukan pun yang berlaku atas dirinya, semuanya...tak ada yang abadi.

Yah...sadar ataupun tidak...apa yang kita inderai sejak dulu hingga tiba waktunya tak ada yang abadi. Kecuali Sang Pencipta, Allah 'Azza wa Jalla. Hanya Dia yang abadi sebab Dia-lah pemilik keabadiaan itu.

Read more ...

SMS gratis!

Klik di sini!
free counters